Upacara Adat Baliya Jinja: Ritual Untuk Menolak Bala

0
5989

Palu, Sulawesi Tengah – Pekan Budaya Indonesia-Festival Pesona Palu Nomoni 2017 (PBI-FPPN 2017) menyuguhkan beragam kegiatan kebudayaan selama acara berlangsung. Termasuk di dalamnya terdapat upacara-upacara adat khas Suku Kaili yang ditampikan di area Kampung Kaili, tak jauh dari bibir Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah.

Salah satunya ialah upacara adat Baliya Jinja, yakni ritual pengobatan bersifat non medis yang sudah dikenal masyarakat Suku Kaili sejak ratusan tahun lamanya. Sebelum adanya rumah sakit, upacara ini diandalkan masyarakat untuk mendapatkan petunjuk dari nenek moyang terkait bagaimana melunturkan penyakit-penyakit yang menyerang tubuh.

Manopo, salah satu tim upacara ritual Baliya Jinja mengungkapkan bahwa tradisi ini masih dipegang oleh masyarakat Suku Kaili hingga sekarang. Minimal ada satu orang di anggota keluarga yang bersedia belajar mengenai adat turun-menurun ini.

“Tradisi ini masih dilestarikan. Misalnya siapa anak perempuan yang mau (belajar upacara Baliya) di keluarga, namun ini sifatnya tidak dipaksa, yang mau saja,” ucap Manopo.

Adapun ritual ini dipimpin oleh seorang dukun atau tetua yang disebut Tina Nu Baliya. Sang dukun biasanya mengenakan seragam yang terdiri dari sarung dan baju ari fuya (sinjulo) berwarna putih dan destar (kudung) berwarna merah.

Di dalam Ritual Baliya Jinja Tina Nu Baliya akan duduk mengelilingi si penderita. Sementara itu tiga orang lainnya bertugas meniup seruling, memukul tambur dan gong. Sebisa mungkin alunan musik dimainkan dengan lemah lembut. Lirik nyanyiannya berisikan pujian-pujian yang ditunjukan kepada Maha Besar Tuhan untuk mengembalikan kesehatan dari gangguan setan dan jin. Melalui untaian-untaian lirik inilah penyakit dihalau dengan kata-kata yang sopan dan tidak mencela.

Secara prosesi, ritual Baliya Jinja ini dibagi menjadi dua macam, yakni sesaji yang dilarung ke laut atau dibuang ke gunung. Soal sesaji pun dibedakan menjadi beberapa bagian, ada adat 9 dan adat 7. Angka-angka ini merujuk pada jumlah sesaji yang disiapkan.

“Ini ada sesaji inang, gambir, tembakau dan beberapa lainnya. Kalau nenek moyang kami dulu kalau pesta kawinan atau pesta adat pasti ada semua ini (sesaji),” ujar Manopo sambil menunjukan sesaji yang telah disiapkan.

Ritual Baliya Jinja yang ditampilkan masyarakat Suku Kaili ini menghabiskan waktu berjam-jam lamanya. Di penghujung ritual, sesaji dilarung ke laut pada keesokan harinya untuk membuang penyakit yang mendera si penderita.