You are currently viewing [KISAH DI BALIK KOLEKSI : Foto Serangan Umum 1 Maret 1949]

[KISAH DI BALIK KOLEKSI : Foto Serangan Umum 1 Maret 1949]

#sahabatmunasprok , kali ini mimin akan membahas tentang koleksi yang diperoleh museum pada 3 September 1999. Koleksi berupa foto hitam putih, di dalam foto tampak beberapa orang diantaranya Letkol Soeharto di tengah-tengah pasukannya.

Koleksi ini tentu tidak dapat “berbicara”, namun dari koleksi tsb, bersama sumber-sumber pendukung diantaranya perangko, sampul dan buku-buku, maka museum dapat merekonstruksi bagaimana Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 terjadi. Berikut penjelasannya :

No Urut : 357
Set/Non Set : NONSET
Nama Koleksi: Foto Serangan Umum 1 Maret 1949
Nama Khusus : Foto Serangan Umum 1 Maret 1949
Uraian Singkat: Foto hitam putih, dalam foto tampak beberapa orang diantaranya Letkol Soeharto di tengah-tengah pasukannya.
Tempat Pembuatan: Jakarta
Tempat Perolehan: Jakarta
Cara Perolehan: Ganti Rugi
Status Benda: Milik Museum/Negara
Ukuran: P : 40 cm; L : 30 cm
Tgl/Tahun Masuk: 3 September 1999

Serangan Umum 1 Maret 1949

Agresi Militer II melemahkan kedudukan pemerintah RI di dunia internasional, karena Belanda mengumumkan bahwa RI sudah hancur. Setelah TNI dan laskar terdesak oleh pasukan Belanda dalam Agresi Militer II, maka Panglima Besar Jenderal Sudirman harus keluar kota untuk memimpin Operasi Gerilya Rakyat Semesta melawan pasukan pendudukan, ditandai dengan keluarnya Perintah Kilat No. 1/PB/D/1948. Pasukan yang terdiri dari pasukan organik dan non organik termasuk laskar-laskar dan rakyat bersenjata menyingkir ke bukit-bukit, lembah-lembah dan pelosok untuk menyusun sebuah rencana penyerangan balik. Walaupun presiden, wakil presiden dan anggota kabinet lainnya dalam posisi tertawan, namun kekuatan militer masih berupaya menyusun strategi.

Panglima Besar Sudirman segera memberikan instruksi melakukan serangan balik untuk membuktikan bahwa TNI masih ada dan cukup kuat. Rapat bersama antara petinggi militer dan pimpinan pemerintah sipil setempat memutuskan untuk melakukan serangan besar-besaran terhadap kota Yogyakarta pada 1 Maret 1949.

Menjelang serangan umum dilakukan pasukan TNI dalam jumlah kecil mulai disusupkan ke dalam kota. Bunyi sirine tanda jam malam berakhir menjadi tanda dimulainya serangan. Pasukan TNI serentak menyerang pasukan Belanda dari segala penjuru kota, sehingga dalam waktu yang singkat Yogyakarta berhasil dikuasai oleh TNI.

Dalam tempo kurang lebih dua bulan sejak ibukota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda maka pada 1 Maret 1949 pukul 06.00 berdasarkan instruksi dari Panglima Besar pasukan TNI melancarkan serangan besar-besaran atas Kota Yogya yang diduduki Belanda. Dalam waktu singkat Belanda berhasil dipukul mundur dan meninggalkan pos-pos militernya. Beberapa persenjataan yang dimiliki Belanda berhasil direbut oleh tentara gerilya. Tepat jam 12.00 siang, perintah untuk mengosongkan kota Yogya dan kembali menuju pangkalan gerilya.

Serangan Umum 1 Maret 1949 ini walaupun hanya menguasai kota Yogyakarta dalam waktu singkat saja namun dapat menjadi bukti kepada dunia internasional bahwa TNI dan rakyatnya masih ada. Peristiwa ini sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB yang menjadikan pihak Belanda terdesak.