Dialog Kegundahan Yos Suprapto: Soal Sejarah, Politik, hingga Ketelanjangan

0
1167
Yos Suprapto - Pembukaan Pameran
Pembukaan Pameran Tunggal Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia, Rabu malam (14/9).

Pameran Tunggal Lukisan Yos Suprapto bertajuk “Arus Balik Cakrawala 2017” telah resmi dibuka pada Kamis malam, 14 September 2017, di Gedung D Galeri Nasional Indonesia. Pameran yang diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid ini akan berlangsung hingga 3 Oktober 2017.

Sebanyak 33 lukisan yang ditampilkan merupakan hasil catatannya selama berkutat dengan kehidupan tambang emas di Banyuwangi, dalam rentang tahun 2010 hingga 2015. “Karya-karya Yos, kalau dulu, energi marahnya kuat. Sekarang menawarkan cakrawala yang lebih luas, secara bersamaan membawa kita berpikir jauh lebih mendalam tentang kedzaliman dan sebagainya. Tema-tema seperti ini muncul saat ada krisis dan perubahan,” tutur Hilmar.

Yos mengakui, karya-karya barunya kali ini memang tidak hanya menitikberatkan pada aspek estetika saja. Lebih dari itu, ia menyelipkan pesan kritis tersembunyi soal sejarah bangsa yang telah terdistorsi khususnya terkait Banyuwangi, juga menyangkut pergulatan politik termutakhir yang disoroti masyarakat akhir-akhir ini. Hal itu disampaikannya dengan menekankan tiga hal yang sekaligus menjadi alasan diselenggarakannya Pameran “Arus Balik Cakrawala 2017”.

Pertama, Yos melihat ada kevakuman dalam dunia kesenian dan kebudayaan, sehingga ia tergugah untuk kembali melukis. Kedua, ia ingin mengungkapkan kegundahannya dan berdialog dengan masyarakat melalui visualisasi karya-karyanya. Ketiga, bagian tajuk pameran, Arus Balik ingin mengajak masyarakat untuk memahami sejarah yang disembunyikan. Sedangkan istilah Cakrawala dimaksudkan sebagai suatu harapan atau prospek historis yang positif bagi masyarakat, agar sejarah dapat ditulis kembali dengan sejujurnya.

Kejujuran yang dimaksud Yos disimbolkannya melalui sosok perempuan tanpa busana. Karena itulah dalam beberapa karyanya kali ini dimunculkan sosok tersebut. Seperti pada karya Cakrawala (2017), Menuju Cakrawala 1 (2017), dan Romantika Meja Bundar II (2004). “Ketelanjangan adalah simbol kejujuran, kepolosan. Itu adalah solusi untuk negeri kita dalam mencapai sesuatu yang objektif,” tandasnya.

*dst/dsy/GNI