Galnas Ciptakan Apresiator Seni yang Terhebat di Bandung

0
981
"Menjadi Apresiator Seni yang Terhebat" digelar Galeri Nasional Indonesia di Bandung

Galeri Nasional Indonesia —Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan— mengemban tugas untuk memberikan layanan edukasi di bidang seni rupa, yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, wawasan dan kreativitas, serta meningkatkan daya apresiasi seni rupa kepada masyarakat luas. Layanan edukasi tersebut dikemas dalam program bimbingan dan edukasi, baik yang dihelat di lingkungan Galeri Nasional Indonesia maupun di berbagai kota di Indonesia yang sebelumnya telah dilakukan di Jakarta, Serang (Banten), Bandung (Jawa Barat), Sukabumi (Jawa Barat), Banyumas (Jawa Tengah), Pasuruan (Jawa Timur), Malang (Jawa Timur), Bekasi (Jawa Barat), Tasikmalaya (Jawa Barat), Cimahi (Jawa Barat), dan Solo (Jawa Tengah).

Program dengan tema “Menjadi Apresiator Seni yang Terhebat” ini dilaksanakan pertama kali pada akhir 2015 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, sejalan dengan meningkatnya animo masyarakat, terutama yang berkunjung ke Galeri Nasional Indonesia, khususnya para pelajar atau generasi muda. Pada tahun 2016, program tersebut telah dihelat di Solo (Taman Budaya Provinsi Jawa Tengah) pada 10 Agustus 2016. Kali ini, program serupa kembali digelar di Bandung, tepatnya di NuArt Sculpture Park, Jln. Setra Duta Raya L6, Bandung, Jawa Barat. Acara yang merupakan hasil kerjasama Galeri Nasional Indonesia dan NuArt Sculpture Park ini akan berlangsung pada 7 November 2016, mulai pukul 08.00 WIB hingga selesai.

Menjadi Apresiator Seni yang Terhebat merupakan program yang fokus pada peningkatan kualitas apresiator dalam mengapresiasi karya seni rupa, meliputi pembekalan tentang cara, sikap, dan perilaku dalam mengapresiasi karya seni rupa dalam suatu pameran. Program ini merupakan leader project untuk mencetak apresiator seni yang hebat, yang beretika dan berkualitas dalam mengapresiasi karya seni rupa. Selain itu, juga untuk menciptakan kader inisiator yang akan menularkan etika, sikap, dan perilaku yang baik dalam mengapresiasi karya seni rupa kepada lingkungan terdekatnya atau bahkan orang baru di sekitarnya.

Dalam program yang diikuti 100 lebih peserta yang terdiri dari Guru Seni Budaya, siswa SMP dan SMA/SMK atau sederajat di wilayah Bandung dan sekitarnya ini, akan disajikan workshop apresiasi seni, dengan menghadirkan para narasumber diantaranya Tubagus ‘Andre’ Sukmana (Kepala Galeri Nasional Indonesia), Putu Tania Madiadipoera (Direktur NuArt Sculpture Park), dan Zamrud Setya Negara (Motivator). Workshop ini mengajak keterlibatan aktif para peserta dalam melestarikan karya seni rupa dengan cara sederhana. Peserta awalnya akan diajak untuk mengapresiasi karya-karya I Nyoman Nuarta yang ada di NuArt Sculpture Park. Aktivitas para peserta di akan didokumentasikan secara khusus, kemudian ditampilkan di hadapan para peserta untuk ditunjukkan sikap/perilaku mana saja yang baik dan kurang baik dalam mengapresiasi karya seni. Galeri Nasional Indonesia sengaja menjadikan peserta sendiri sebagai role model agar mereka lebih mudah menginternalisasikan etika, sikap, dan perilaku yang baik dalam mengapresiasi karya seni rupa. Selain itu, keterlibatan Guru Seni Budaya sebagai peserta ditujukan agar para guru tersebut dapat memberikan contoh, menanamkan, dan mengarahkan para anak didiknya untuk menjadi apresiator seni yang hebat.

Konsep program seperti ini penting untuk disajikan kepada publik baik pelajar, mahasiswa, guru, perupa, dan masyarakat umum, terutama kalangan anak muda, mengingat data pengunjung/apresiator galeri seni dewasa ini lebih didominasi oleh generasi muda, terutama siswa/siswi sekolah dan mahasiswa. Kebanyakan dari mereka mengikuti trend selfie dengan berfoto di depan karya seni rupa untuk diunggah di media sosial. Banyak juga anak-anak muda yang merespon secara berlebihan pada saat mengapresiasi karya seni rupa seperti menyentuh dan/atau memegang karya seni rupa. Tindakan tersebut tidak dibenarkan, karena mengarah pada perusakan karya seni rupa. Karya seni harus tetap dilestarikan, dipelihara, dan dijaga keamanannya agar tetap dapat dinikmati dan diwariskan kepada generasi muda sebagai penoreh sejarah penting perkembangan seni rupa.

Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus ‘Andre’ Sukmana menekankan bahwa melalui program bimbingan dan edukasi “Menjadi Apresiator Seni yang Terhebat” ini, diharapkan para peserta menyadari dampak negatif dari sikap dan perilaku yang tidak dibenarkan dalam mengapresiasi karya seni yang sangat berharga dan bernilai estetika, sejarah, sosial budaya, dan ekonomi tersebut. “Lebih dari itu, peserta diharapkan menjadi agen perubahan untuk diri sendiri dan lingkungan sekitarnya sehingga mampu mengapresiasi karya seni dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan,” tutur Tubagus. Acara ini juga diharapkan mampu menciptakan para apresiator seni yang terhebat!

*dsy/GNI