Musik Gambang Dano Lamo, Warisan Budaya Tak Benda dari Jambi 2017

0
1623

 

 

 

 

 

Domain                  : Seni Pertunjukan

Lokasi Persebaran   : Danau Lamo, Kec. Maro Sebo, Kab. Muaro Jambi

Maestro                 : Misna, Kab. Muaro Jambi

Kondisi                  : Terancam Punah

 

Begambang merupakan kesenian yang berkembang di daerah Desa Dano lamo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Begambang berfungsi sebagai musik hiburan yang ditampilkan pada saat acara perhelatan adat, seperti; hiburan pada acara perkawinan dan khitanan yang ditampilkan untuk menyambut tamu yang datang. Begambang juga disajikan untuk menghibur masyarakat pada malam harinya sebelum esoknya pergi beselang padi.

Sajian musik Gambang awalnya hanya menggunakan satu buah Gambang yang dimainkan langsung oleh si penyanyi, tetapi sebagai bentuk musik hiburan hal ini tidak tertutup kemungkinan bagi masyarakat yang ingin terlibat meramaikannya. Masyarakat biasanya meramaikan dengan ikut memainkan alat-alat yang dijadikan alat musik; seperti sentilan (alu), periuk, kayu dan lainnya.

Gambang merupakan alat musik yang dimainkan dalam Begambang, Pada awal mulanya alat musik ini disebut Gambang, hal ini sesuai dengan cerita nenek moyangnya yang mengatakan kayu yang disusun melintang dikatakan Gambang dan penamaan tersebut hingga kini masih digunakan oleh masyarakat setempat.

Secara organologis alat musik Gambang mirip dengan alat musik Lyra. Alat Musik Gambang terdiri dari 11 bilah kayu yang disusun sejajar ke arah depan diletakkan di antara kedua kaki dalam posisi duduk menjulurkan kaki ke arah depan. Secara klasifikasi organologis, Gambang termasuk kedalam klasifikasi Idiophone dengan jenis Lyra yang dimainkan dengan cara dipukul dengan bambu yang pada bagian tempat memukul diletakkan buah pinang, hal ini agar kayu yang dipukul mengeluarkan bunyi yang nyaring.

Nyaringnya bunyi gambang juga tergantung kayu yang digunakan. Adapun kayu yang digunakan pada gambang yakni kayu jenis marelang dan mahang. Dari dua jenis kayu tersebut, kayu yang bagus yaitu kayu marelang, selain tahan lama kayu marelang juga mengeluarkan suara yang lebih nyaring dari kayu mahang. Penggunaan dua jenis kayu ini juga disebabkan sulitnya mencari bahan kayu hingga Gambang dibuat dari dua jenis kayu. Sulitnya mencari bahan kayu juga mengakibatkan misnah memiliki ketakutan kehilangan setiap bilahnya, hal ini mendorong misnah untuk meletakkan bilah Gambang di atas kotak kayu yang menyerupai perahu. Bilah-bilah Gambang dipakukan di atas kayu dan tetap melintang ke arah depan. Selain itu kotak kayu juga difungsikan sebagai amplifikasi suara (pengeras suara) agar bunyi yang dikeluarkan menjadi keras.

Setiap bilahan Gambang memiliki interval nada yang berbeda-beda dengan jarak sesuai keinginan si pembuat Gambang. Secara sekilas tangga nada yang digunakan dalam setiap bilah Gambang mendekati notasi konvensional. Tidak ada teknologi khusus dalam steam nada setiap bilah Gambang, melainkan steam nada dari setiap bilah gambang di ukur dari melodi lagu yang dinyanyikan. Misnah mengatakan setiap penyanyi musik gambang harus bisa membuat Gambang, jadi setiap penyanyi memiliki alat musik Gambang yang nadanya sesuai dengan ukurannya sendiri. Untuk steam nada setiap bilahnya dengan cara memotong bagian ujung dari bilah Gambang. Tinggi rendahnya nada terlihat dari ukuran panjang setiap bilah, makin panjang berarti memiliki nada rendah sendangkan makin pendek memiliki nada yang tinggi.

Sesuai perkembangannya musik Gambang mengalami perubahan dengan menambahkan beberapa alat musik yang masing-masing memiliki peran dalam sajiannya. Adapun alat musik tambahan tersebut yakni; 3 buah gambang yang masing-masing terdiri dari 1 buah Gambang sebagai pembawa melodi dan 2 buah Gambang lagi sebagai pemberi harmonisasi irama melodi yang dimainkan oleh Gambang 1, gong, gendang panjang dan 3 orang penyanyi yang saling bergantian membawakan lagu melayu jawab pantun. Lagu-lagu yang dimainkan dalam Begambang yaitu berbentuk lagu Melayu Jawab Pantun. Lagu-lagu yang dimainkan umumnya tidak memiliki judul tetapi memiliki nama lagu. Nama lagu biasanya diambil dari kalimat awalan lagu. Sebagai contoh lagu Anak Ayam, Cuma-cuma, Batanghari, dan Ikan Hiu.