Aris Mukadi

0
1025

Notice: Trying to get property 'roles' of non-object in /home/website/web/kebudayaan.kemdikbud.go.id/public_html/wp-content/plugins/wp-user-frontend/wpuf-functions.php on line 4663

Belum genap berumur 10 tahun, pada 1957 Aries ikut keliling Darmo Carito yang pentasnya di Gedong Seng, Kapasan, Surabaya. Ia kemudian juga keliling Surabaya, Wonokromo, Krembangan, Gresik, juga Pandegiling. Tak jarang pengembaraan seni orangtua juga membawanya ke banyak kota, seperti Bojonegoro, Blora, Rembang, Batang, Pekalongan, dan Pemalang.
Yayasan Adhi Budaya yang ia dirikan bersama sejumlah sahabat dimaksudkan untuk melestarikan kesenian wayang orang, ketoprak, dan ludruk. Dengan yayasan ini, Aries melihat manajemen seni tradisi bisa dikelola secara modern.

Dalam wayang orang, Aries ingin menampilkan wayang yang tidak meninggalkan susilo anurogo dan lebih meng-orang-kan tokoh wayang (dalam arti tak terlalu terikat kebiasaan wayang kulit).

Sementara untuk ketoprak, ia tampak terobsesi untuk meluruskan cerita. Ini terutama pada lakon sejarah, apalagi yang masih ada keturunan tokohnya. Hal ini dia lakukan dengan menggali berbagai sumber, seperti Babad Tanah Jawi, Serat Kondo, babad daerah, Pararaton, Negarakertagama, juga buku sejarah dunia. Ia juga membaca tulisan-tulisan Anwar Sanusi, M Yamin, Solichin Salam, Slamet Mulyono, De Graaf, Soekmono, Sagimun MD, dan wartawan senior Suprapto.

Karya-karyanya:
• Selir Adipati Gendra Sakti (1991)
• Jaka Geledek (1983)

Penghargaan:
• Penerima Anugerah Budaya Provinsi DKI Jakarta (2007)