Salah satu unsur tradisi Nusantara yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia pada masa periode Islam seperti di Aceh, Banten dan Maluku sebagai salah satu seni pertunjukan beladiri yang berkaitan dengan ritus kekuatan dan kekebalan tubuh (Ilmu Kebatinan) adalah Debus. Warisan budaya ini tersebar hampir keseluruh wilayah Maluku (Maluku dan Maluku Utara). Hal ini dapat kita jumpai di Maluku Utara yaitu  Ternate, Tidore, Bacan,dan Jailolo. Sedangkan di Maluku terdapat pada masyarakat di pulau Haruku (Pelau=Maatenu), Saparua (Sirisori) dan pulau Ambon (Mamala), Pulau Geser (Seram Bagian Timur) dan masih banyak lagi yang tersebar di negeri-negeri lain yang belum sempat di inventarisir.

Atraksi Badabus

Di Tidore, masyarakat menyebut Dabus atau Badabus sebagai Ratib Taji Besi yang dilaksanakan sebagai ritus kekuatan dan kekebalan tubuh dalam ilmu kebatinan mereka. Sebenarnya Ratib Taji Besi ini pada awalnya merupakan ritual kebatinan, yang kemudian dikembangkan menjadi karya seni beladiri. Hal ini sangat menarik untuk diteliti ataupun perlu untuk dilakukan perekaman dalam rangka untuk di publikasikan kepada masyarakat. Untuk itu pada tahun ini (2019) Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku melalui program Pencatatan dan Perekaman Warisan Budaya Tak Benda, telah melakukan kegiatan perekaman Debus/Badabus (Ratib Taji Besi)  di Tidore.

Alat taji besi yang digunakan dalam atraksi Badabus

Properti utama yang digunakan dalam ritual ini adalah  sepotong besi tajam yang ukuranya di sesuaikan, dan pada salah satu ujungnya di pasang kayu dan rantai untuk pemberat. Setiap unjung besi nantinya di gunakan untuk menusuk dada para pemain debus. Akan di asah setajam mungkin dan pemberat dari kayu dan rantai besi ini akan berfungsi untuk memberi kekuatan dorongan di saat besi di ayunkan ke dada. Besi tersebut sebelumnya telah dibacakan doa terlebih dahulu. Selain itu, alat-alat yang harus disiapkan adalah tempat pembakaran dupa, mangkuk putih yang berisi air sebagai simbol kesucian, kitab amalan (Lefo) yakni manuskrip yang di tulis dengan tangan, dan kebanyakan berisi ajaran Islam dalam tingkatan syariat, tharikat, hakikat, dan marifat, dan Bantal. Selain itu ada sarabati minuman yang terbuat dari jeruk nipis,jahe,dan gula merah. Sarabati menjadi minuman yang dinikmati pada saat akhir ritual dan rabana alat pengiring dalam ritual Badabus.

Pemimpin utama Badabus yakni Jou Guru yang disebut Syeh adalah guru mursid sebagai tokoh yang memiliki kemampuan dalam bidang ilmu-ilmu agama terutama tingkat penguasaan ilmu Thariqat yang sempurna. Pada waktu peserta memainkan badabus, iringan zikir bersahut-sahutan mengiringi jalannya pertunjukan. Setelah lantunan zikir ini selesai syech membacakan syair-syair yang mengandung nasihat.

Meminta izin kepada para syekh untuk mengambil taji besi

Selesai berzikir dan sebagainya, syech dan para jamaah berdiri dan syech bermunajjah kepada auliya yang bersangkutan sesuai dengan niat dan hajatan, mengucapkan kalimat dzikir di sertai dengan lantunan rabana yang di sebut mengantar syech karena pada awal upacara menghadirkan roh para syech, maka pada akhir kegiatan mengantarkan kembali. Kemudian syech membacakan ayat Qur’an untuk mendapatkan hidayah dari sang Khalid. Selesai syech membacakan ayat-ayat pilihan tersebut syech dan para jamaah duduk kembali kemudian syech membacakan surat Al-Fatiha kepada Rasullullah S.A.W, kepada para waliyullah dan guru-guru. Setelah itu baru sang syech membacakan dan terutama niat dan hajatan kemudian dilanjutkan dengan doa ungkapan syukur dan terima kasih. Seraya secara ramai-ramai membacakan Surat Al-Fatiha maka usailah sudah acara tahlilan dengan memakai rabana dan debus.

Badabus di Tidore terlihat cukup sederhana dan tidak memiliki instrument yang banyak untuk pelaksanaan ritual. Instrumen yang digunakan terlihat sederhana, tetapi dibawah lantunan rabana dan bacaan zikir seakan ritual ini terlihat sebagai pertunjukan megah. Aksi-aksi para peserta yang penuh tenaga sesungguhnyalah yang menyulap kondisi kesederhanaan menjadi sesuatu yang mega dalam pertunjukan. Rasa takjub dari setiap orang yang menonton telah menjadikan pertunjukan ini dibawah instrumen yang cukup sederhana menjadi pertunjukan akbar. Pertunjukan yang dilakukan seakan tanpa rasa lelah dan enak di tonton. Dalam aksi-aksinya sering ada beberapa peserta yang sedikit mengeluarkan darah tetapi ini sangat sedikit dan tidak membahayakan pelaku ritual karena besi yang menancap ke dada tidak dalam. (Penulis: Tim Perekaman WBTB Badabus Tahun 2019)