Seniman Tiga Kota Tampil Dalam JapaFest

0
235
Pementasan JafaFest di Taan Budaya Jambi

Incung Art & Culture Management menggelar Jambi Performing Art Festival (JapaFest) di Taman Budaya Jambi 31 Agustus sampai 1 September 2018. Incung melibatkan puluhan seniman dari tiga kota, yakni Jambi, Padang Panjang dan Medan.

Beberapa tokoh teater Indonesia hadir. Yusril Katil menurunkan karya Bangku Kayu dan Kamu yang Tumbuh di Situ. Selanjutnya tokoh Randai Sumatera Barat, Zulkifli dengan judul Si Rabuang Ameh. Kemudian drama tari yang digagas Nurwani, Dosen Universitas Negeri Medan (Unimed) dengan judul Ratok Lareh Pengulu. Terakhir, dari Jambi Defni Aulia yang mengusung musik etnik yakni Krinok.
“JapaFest sebagai medium untuk menampilkan karya terbaik seniman sumatera. Tahun pertama kita laksanakan sudah melibatkan puluhan seniman, dari tiga kota, Medan, Padang Panjang dan Jambi,” kata Ketua Panitia JapaFest, Suwandi.

JapaFest menyedot perhatian seniman teater, tari, musik dan sastra di Sumatera. Kendati demikian, dengan alasan menjaga kualitas, Incung membatasi peserta, yakni seniman yang memiliki latar belakang akademisi seni yakni dari Universitas Jambi, Universitas Negeri Medan dan Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang. Secara kekaryaan, beberapa karya yang ditampilkan di JapaFest sudah berkelas dunia. Sebab telah dipentaskan dibeberapa negara di Asia dan Eropa.

Ia pertunjukkan teater dengan judul Bangku Kayu dan Kamu yang Tumbuh di Situ karya Yusril Katil, dengan konsep berangkat dari pandangan objektif terhadap pendidikan dasar yang berlangsung di Indonesia. Ada 9 aktor merekonstruksi tubuh dan simbol-simbol di atas pentas tentang proses ketertekanan tubuh di bawah penataan yang sistemik dalam budaya sekolah.
Pertunjukkan teater besutan tokoh teater Sumatera ini menggugat sistem pendidikan Indonesia yang terkadang terlampau ketat, kadang longgar. Kebanyakan anak didik menjadi patuh, namun ada yang berkembang sesuai polanya sendiri.

Yusril Katil mengatakan proses kreatif Bangku Kayu dan Kamu yang Tumbuh di Situ akan berlangsung selama tiga tahun. Ini merupakan program hibah dari Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Pertunjukkan di Jambi menjadi awal bagi eksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru bagi perjalanan karya tersebut. Pihak Kemenristek Dikti akan mengakhiri program ini dengan pematenan karya.

Sementara, pertunjukkan kedua ada randai perempuan (si Rabuang Ameh) yang disutradarai Dosen ISI Padang Panjang, Zulkifli. Kearifan lokal yang telah diekplore ke dalam beberapa pertunjukkan teater dan tari ini, memiliki daya pikat sendiri. Tidak hanya menampilkan komedi, melainkan ciri khas budaya Minang Kabau. Ratok Lareh Pengulu merupakan intisari dari kearifan lokal di Payakumbuh, tepatnya Nagari Bukik Limbuku. Garapan ini merekonstruksi kembali kearifan lokal maratap yang di tempat asalnya dilarang sejak tahun 1973 lalu. Menurut sang koreografer yaknu Dosen Unimed, Nurwani meratap dilarang karena bertentangan dengan agama Islam. Pertunjukkan drama tari ini, sebagai bentuk upaya pelestarian tradisi dan kearifan lokal masa lalu.
Penampilan musik tradisi dari Defni Aulia yang merupakan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unja, menjadi sangat istimewa. Sebab dia adalah penampil yang berasal dari tuan rumah. Tentu telah ditunggu oleh masyarakat Jambi. **