You are currently viewing Umbul Pengging : Peninggalan  Masa Lalu Yang Mempesona

Umbul Pengging : Peninggalan Masa Lalu Yang Mempesona

Umbul Pengging merupakan salah satu bagian dari Pesanggrahan Ngeksi Purna. Selain umbul, Pesanggrahan Ngeksi Purna meliputi Masjid Ciptomulyo dan Kompleks Makam Astana Luhur. Pesanggrahan Ngeksi Purna terletak di Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Lokasi tersebut berada di tengah pemukiman warga yang akses menuju ke lokasi sangat mudah dijangkau.

Nama pengging sudah ada sejak jaman Kerajaan Majapahit dan kemudian muncul kembali ketika jaman Kerajaan Mataram Islam masa Pemerintahan Paku Buwono III. Kemunculan kembali dalam sejarah yaitu ketika salah satu keturunan Sultan Hadiwijaya telah mendapat kedudukan sebagai pujangga Kerajaan Mataram Islam yang sangat terkenal yaitu R. Ng. Yasadipura I. Kemudian setelah meninggal, R. Ng. Yasadipura I beserta keturunannya yaitu R. Ng. Yasadipura II dan R. Ng. Yasadipura III di makamkan di Kompleks pemakaman belakang masjid. Kompleks makam yang dikenal dengan Astana Luhur tersebut sering dikunjungi oleh Paku Buwono IX dan Paku Buwono X. Sehingga untuk keperluan ziarah dan beristirahat, maka Paku Buwono X kemudian mendirikan Pesanggrahan yang di namakan Ngeksi Purna yang kemudian di lengkapi dengan Umbul yang berjumlah 3.

Umbul pengging yang termasuk di dalam Pesanggrahan Ngeksi purna tersebut meliputi, Umbul Temanten, Umbul Ngabean, dan UmbulBaki Dhudha.

Umbul Temanten mulanya terdiri dari buah kolam yang kemudian oleh Paku Buwono X dijadikan satu. Kolam tersebut berukuran 33x24m, di keempat sudut kolam terdapat tangga masuk ke dalam kolam. Pintu masuk depan menghadap utara, pada dinding depan dan belakang terdapat jajaran lubang angin berbentuk lengkung memanjang ke bawah. Pintu dan jendela berbentuk lengkung dan di tutup dengan jeruji Besi.

Umbul Ngabean pada awalnya dibangun khusus untuk keluarga raja. Namun seiring berjalannya waktu umbul ini di buka untuk umum. Umbul Ngabean berlantai alami dan ditutup dengan batu-batu kali. Diameternya 26m, terdapat tiga buah tangga semen untuk masuk kedalam kolam.

Umbul Baki Dhudha berbentuk persegi panjang berukuran 12x8m, berlantaikan tanah alami yang tertutup oleh batuan kali. Terdapat sebuah tangga untuk memasuki kolam yang dikelilingi pagar jeruji besi setinggi 1m ini. Konon, dahulu di kolom ini terdapat kura-kura jantan tanpa pasangan.

Selain memiliki nilai sejarah yang masih dijaga hingga sekarang,  Umbul Pengging memiliki pesona keindahan yang sangat istimewa. Bahkan masih digunakan sebagai tempat untuk mengundi nasib dan memohon terwujudnya harapan dengan cara melakukan ritual-ritual khusus. Umbul Pengging sangat cocok untuk menikmati kesejukan dan keindahan taman dengan menggabungkan konsep antara sejarah, budaya, dan alam dalam satu kawasan. Pemandian ini memiliki luas total 2.500 meter persegi dan dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang sejuk dan rindang sehingga udara yang dihasilkan di sekitar kawasan masih terasa alami dan sejuk.

(Disarikan oleh Anwar Hidayat)

Sumber : Laporan Studi Teknis Masjid Ciptomulyo, Makam Yasadipura, dan Umbul Pengging