Pengaruh Arsitektur Kolonial Bagian 1: Baja Perjalanan Panjang dari Eropa

Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa elemen lainnya. Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan peran besi tuang untuk jembatan dengan bentang lengkungan sepanjang 30 m yang dibangun di Inggris pada tahun 1777 – 1779. Selanjutnya, kurun waktu 1780 – 1820 pembangunan sejumlah jembatan menggunakan besi tuang berbentuk lengkungan dengan balok – balok utama dari potongan – potongan besi tuang. Setelah tahun 1840, besi tempa mulai mengganti besi tuang dengan contoh pertamanya yang penting adalah Brittania Bridge diatas selat Menai di Wales yang dibangun pada 1846 – 1850. Proses canai (rolling) dari berbagai profil mulai berkembang pada saat besi tuang dan besi tempa telah semakin banyak digunakan. Perkembangan proses Bessemer (1855) dan pengenalan alur dasar pada konverter Bessemer (1870) serta tungku siemens-martin semakin memperluas penggunaan produk – produk besi sebagai bahan bangunan. Sejak tahun 1890, baja telah mengganti kedudukan besi tempa sebagai bahan bangunan logam yang terutama. Teknologi baja ini dibawa orang Eropa hingga mencapai Indonesia untuk berbagai keperluan termasuk dalam teknologi bangunan.

1

Kerkgebouw, Protestantsche
Kerk Semarang. F.66123
(foto in album),
Pioniersfotografie uit
Nederlands-Indië,
Prentenkabinet Leiden
PKL01_F-66-123_W