Struktur Utara Surosowan

Keraton  Surosowan merupakan bangunan inti masa Kesultanan Banten yang berfungsi ganda, yaitu sebagai pusat kerajaan sekaligus sebagai pusat kota. Berdasarkan Babad Banten, Keraton Surosowan dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570) dan diberi nama Surasowan/Surosowan. Nama Surosowan diberikan oleh Sultan Hasanuddin atas petunjuk ayahnya, Sunan Gunung Jati. Sementara itu, ada orang Belanda yang menyebutnya Fort Diamont  atau ‘Kota Intan’ (Michrob 1993). Sementara dalam Babad Banten, Keraton Surosowan disebut juga dengan Gedong Kedaton Pakuwuan. Keraton Surosowan hancur pada tahun 1808 akibat serangan yang dipimpin oleh Daendels. Hancurnya Surosowan mengakibatkan pusat pemerintahan berpindah ke Keraton Kaibon pada masa sultan Muhammad Syafiuddin (1808-1813). Setelah kehancurannya keraton ini tidak pernah di bangun kembali dan hanya menyisakan struktur-struktur bangunan. Halaman keraton Surosowan sampai tahun 2018 dipenuhi oleh bangunan kios pedagang bahkan ada yang sampai menempel pada dinding Benteng Keraton.

Pada tahun 2018 Pemerintah Provinsi Banten, melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman melakukan penataan Kawasan Banten Lama, termasuk di Situs Keraton Surosowan. Penataan tersebut antara lain membuat fasilitas sarana dan prasarana termasuk penataan lingkungan dan pembuatan pertamanan. Kegiatan penataan tersebut terlebih dahulu  merelokasi dan melakukan pembongkaran terhadap bangunan kios terutama di sisi utara Keraton Surosowan. Dalam proses tersebut, di bagian sisi utara  Benteng Surosowan  telah ditemukan sejumlah struktur yang memiliki indikasi sebagai cagar budaya. Adanya temuan yang diduga sebagai struktur tersebut, maka pada tahun 2018 dilakukan kajian melalui kegiatan penggalian ilmiah (ekskavasi). Hasil ekskavasi tahun 2018 ditemukan struktur berdenah persegi panjang memanjang utara-selatan, selain itu ditemukan juga struktur batu karang, tambatan perahu dan temuan lepas berupa keramik asing dan gerabah.

Menindaklanjuti hasil ekskavasi yang dilakukan pada tahun 2018, kemudian pada tahun 2019 dilakukan pengupasan arkeologis (ekskavasi) secara menyeluruh pada sisi utara Keraton Surosowan seluas 3.400 m². Ekskavasi yang dilakukan pada tahun 2018 dan 2019 merupakan ekskavasi penyelamatan (Rescue exavation) dalam rangka pelestariannya (pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan).

Hasil kegiatan ekskavasi tahun 2019 di sisi uatara Keraton Surosowan berhasil menampakan beberapa struktur diantaranya a. struktur persegi panjang berukuran 15 m x 37 m, b. struktur yang diduga gapura yang terletak antara benteng keraton surosowan dan temuan struktur persegi panjang, c. struktur tangga kanal di sebelah utara temuan struktur persegi panjang. Selain temuan struktur tersebut pada ekskavasi ini juga ditemukan temuan lepas berupa fragmen gerabah, keramik asing, mata uang banten, mata uang asing (voc dan china), peluru meriam, pipa cangklong dan beberapa fragmen lainnya (fragmen besi, tapal kuda, tulang binatang, genteng sirap, dll).

TEMUAN STRUKTUR PERSEGI PANJANG

Temuan struktur persegi panjang merupakan struktur sisa bangunan berupa pondasi berdenah persegi panjang berukuran 37 m x 15 m, memanjang utara-selatan dan disekat menjadi dua di bagian tengahnya. Struktur ini terbuat dari susunan bata yang membentuk pondasi setebal 50 cm. Bahan susunan bata terbuat dari spesi pasir, kapur dari bahan bubukan karang yang dibakar, pasir dan bubukan bata. Di bagian sisi barat struktur terdapat lima lantai ambang pintu  yang masing-masing berukuran panjang 300 cm terbuat dari susunan batu karang berukuran rata-rata 60 cm x 40 cm dengan ketebalan 20 cm. Lantai ambang pintu ini diduga sebagai akses menuju bangunan sehingga dapat disimpulkan bahwa bangunan ini memiliki arah hadap ke barat. Dari hasil pengamatan diketahui bangunan ini memiliki lantai  bata rolag berukuran 28 cm x 5 cm, selain itu dari hasil ekskavasi di sisi barat dekat dengan pintu masuk pada kedalaman ± 10 cm ditemukan hamparan batu bata acak. Terdapat beberapa dugaan terkait keberadaan struktur persegi panjang ini, dugaan pertama diyakini bahwa struktur ini merupakan bekas bangunan srimanganti sedangkan dugaan kedua diyakini bahwa strutur ini adalah bekas bangunan gudang penyimpanan yang bisa dimasuki oleh kendaraan beroda seperti kereta berkuda atau gerobak.

STRUKTUR DIDUGA GAPURA

Struktur yang diduga sebagai gapura sebenarnya usdah terlihat dari hasil ekskavasi tahun 2018, namun belum terbuka semuanya. pada ekskavasi tahun 2019 ini telah dikupas secara keseluruhan dan berhasil menampakan struktur bangunan yang di duga sebagai sisa gapura. adalah susunan pasangan batuan yang didasarkan pada dua struktur pasangan bata yang disusun dengan denah berbentuk segi empat berukuran 1,5 m x 2,7 m, dinding luar berprofil dekoratif pelipit. Jarak antara dua struktur susunan bata berdenah segi empat yang diinterpretasikan sebagai kaki gapura adalah 2,17 m, sejajar dengan utara-selatan. Keletakan kaki gapura sebelah utara berjarak 0.80 m dari dinding selatan temuan struktur “bangunan Srimanganti”, sedangkan kaki gapura sebelah selatan berjarak 5,66 m dari dinding benteng Keraton Surosowan. Pengamatan terhadap pondasi kaki gapura mendapati bahwa struktur kaki gapura berdiri di atas atau menggunakan pondasi bata lain yang sebelumnya telah ada. Kondisi tersebut terlihat dari susunan pasangan bata kaki-kaki gapura yang memiliki perbedaan pola pasangan. Gapura berdiri di atas struktur lain yang telah lebih dahulu ada dan terdiri dari tiga fase pembangunan.

TANGGA KANAL DAN TAMBATAN PERAHU

Dalam catatan Stavorinus tahun 1769 disebutkan bahwa keraton Surosowan dikelilingi kanal,. Dari laporan tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 1796 keraton sudah dikelilingi kanal. Menurut Chijs, kanal-kanal yang terletak di batas kota sengaja dibuat agar Kota Banten Lama tetap kering. Keberadaan kanal tersebut terbukti pada saat ekskavasi tahun 2019 di sisi Utara keraton Surosowan. Pada kotak galian di sisi utara, tepatnya di kotak T8U3-U4 ditemukan anak tangga menuju kanal sejumlah tujuh trap anak tangga sampai kedalaman 2,5 meter. Struktur anak tangga memnajang barat-timur terbuat dari susunan batu bata dan balok karang yang direkat menggunakan spesi. Pada setiap sisi depan trap anak tangga dipasangkan log kayu (kayu balok), sebagian log kayu sudah hilang. Belum diketahui fungsi dari keberadaan log kayu tersebut apakah untuk penahan pasangan balok karang anak tangga atau sebagai penahan benturan perahu pada saat akan merapat ke tepian. Sekitar 5 meter dari sisi selatan tangga kanal terdapat sebuah batu yang diduga sebagai tambatan perahu. Batu tersebut terbuat dari bahan batu cadas yang terdapat pelipit di bagian bawah dan bagian atasnya.

MATA UANG

Ekskavasi yang dilakukan pada tahun 2019 di sisi utara Kaeraton Surosowan telah menghasilkan ratusan temuan mata uang logam yang terdiri dari mata uang lokal (uang kesultanan Banten), mata uang VOC, dan mata uang Cina. Temuan mata uang ini ditemukan pada 19 kotak gali yang terkonsentrasi di bagian kuadran timur dan barat dari area kotak galian.

Mata Uang Lokal (Banten)

Mata uang lokal adalah mata uang yang dikeluarkan oleh Kesultanan banten, bentuk uang lokal yang ditemukan berbentuk bulat berlobang bulat di bagian tengahnya, pada umumnya terbuat dari perunggu dan timah, adapula sebagian yang terbuat dari timbal sehingga kualitasnya kurang bagus dan cepat rusak. Pada mata uang Banten tidak terdapat angka tahun penerbitannya, sehingga tidak dapat diketahui secara pasti kapan mata uang logam Banten dibuat dan diberlakukan sebagai alat tukar. Namun dari hasil ekskavasi ditemukan mata uang Banten yang memiliki hiasan berupa tulisan Jawa dan Arab pada salah satu sisinya yang berbunyi Pangeran Ratu Ing Banten.

Mata Uang VOC

Mata uang logam yang diterbitkan oleh Belanda (VOC) terdiri dari beberapa macam diantaranya mata uang Rijksdaalder, Dukat, Stuiver, Gulden dan Doit. Pada setiap mata uang logam yang diterbitkan oleh Belanda (VOC) mempunyai tanda –tanda pencetakan yang menunjukan tempat cetaknya serta angka tahun terbitnya. Mata uang Belanda (VOC) dibuat dari bahan emas, perak, nikel, dan timah (Netscher dan Chijs1864, dalam Widiyono, 1984: 31). Namun pada ekskavasi tahun 2019 hanya ditemukan mata uang VOC yang terbuat dari tembaga yang dikeluarkan pada tahun yang berbeda-beda salah satu nya adalah ditemukan koin VOC yang memuat angka tahun 1751. Bentuk uang logam VOC yang ditemukan memiliki bentuk bundar pipih tanpa lobang dengan diiameter berkisar 1,25-2,50 cm dan memiliki ketebalan antara 0,05-0,15 cm.

Mata Uang Cina

Salah satu mata uang asing yang banyak ditemukan pada saat Ekskavasi adalah mata uang Cina, yang dikenal dengan nama cash (Caxa). Hal ini dikarenakan pada abad ke -16, cash (caxa) merupakan mata uang yang paling utama digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan, terutama di Banten. Mata uang logam Cina yang ditemukan pada saat dilakukan ekskavasi terdiri dari dua bentuk yaitu bulat berlobang bulat ditengahnya dan buat berlobang segi empat di tengahnya. Mata uang Cina terbuat dari tembaga memiliki diameter berkisar 2,25-2,81 cm dengan ketebalan berkisar 0,10-0,18 cm sedangkan ukuran diameter lobang tengah berkisar antara 0,45-0,60 cm. disetiap sisi mata uang logam cina terdapat tulisan cina yang memuat nama dinasti yang berkuasa pada saat mata uang tersebut dikeluarkan.

PIPA CANGKLONG (PIPA GOUDA)

Pipa Cangklong atau disebut Pipa Gouda adalah pipa tembakau yang terbuat dari porselin/keramik berwarna putih yang berfungsi sebagai alat hisap. Dinamakan pipa Gouda karena pipa yang paling terkenal dan memiliki kualitas baik berasal dari Gouda (Belanda). Ekskavasi yang dilakukan pada tahun 2019 di Sisi Utara Keraton Surosowan, telah menghasilkan temuan berupa pipa-pipa tembakau yang terbuat dari keramik. Temuan pipa-pipa tembakau ini ditemukan pada 28 kotak galian. Pipa Cangklong memiliki bentuk seperti tabung silindris, dan mengecil di bagian bawahnya. Pada bagian bawah tersebut kemudian dihubungkan dengan sebuah tangkai yang memiliki lubang saluran, yang berfungsi sebagai alat hisap. Pipa cangklong yang ditemukan pada saat ekskavasi semuanya dalam keadaan tidak utuh lagi (fragmentaris), namun dari sisa sisa patahan pipa tersebut masih bisa diamati bentuk dan ukurannya. Pada bagian wadah bawah memiliki ukuran diameter berkisar 1,7-1,9 cm dan panjang wadah berkisar antara 4,1 -5,0 cm adapun bagian tangkainya memiliki bentuk bulat memanjang dan bagian tengahnya mempunyai lubang untuk saluran asap tembakau dengan diameter berkisar antar 1 – 2 mm. Berdasarkan pengamatan hasil temuan ekskavasi berupa ratusan patahan tangkai pipa beberapa diantaranya memiliki motif hias yang melingkari tangkai.

PELURU MERIAM

Pada saat ekskavasi di sisi utara Keraton Surosowan ditemukan puluhan batuan bulat yang diduga sebagai peluru meriam. Batuan bulat tersebut ditemukan di 12 kotak galian yang terkonsentrasi di sebelah selatan area galian dekat dengan Benteng Surosowan. Batu yang diduga sebagai peluru meriam terbuat dari batuan cadas sehingga mudah rapuh, memiliki bentuk bundar namun tidak sempurna dan memiliki ukuran diameter yang berbeda-beda. Nampaknya peluru peluru tersebut dibuat dengan menggunakan alat sederhana ini terihat dari bentuk bulatan yang tidak sempurna.

KERAMIK

Selama kegiatan ekskvasi tahun 2019 di Sisi Uatara keraton Surosowan temuan lepas berupa fragmen keramik adalah temuan yang paling dominan ditemukan. Dari 104 kotak gali yang dibuka, 82 kotak diantaranya terdapat temuan fragmen keramik. Keramik yang ditemukan tidak ada satupun yang ditemukan utuh. Meskipun dalam keadaan tidak utuh namun bentuknya masih dapat diamati. Pada umumnya keramik yang dtemukan berupa piring dam mangkuk yang memiliki glasir berwarna biru putih dan hijau,putih dan coklat. Adapun motifnya berupa bunga, suluran dan hewan.

GERABAH

Temuan yang paling dominan pada saat ekskavasi di sisi utara Keraton Surosowan selain keramik adalah Gerabah. Gerabah yang ditemukan terbuat dari bahan tanah liat yang umumnya berwarna merah kekuningan dan beberapa diantaranya memiliki warna coklat muda. Temuan gerabah pada umumnya berupa fragmentasi (tidak utuh) namun meski begitu fungsi dan bentuk gerabah masih bisa dikenali. Gerabah yang ditemukan ada yang dipakai untuk sehari-hari dan ada yang berfungsi sebagai perlengkapan pembuatan logam (peleburan besi dan perunggu). Pada umumnya gerabah yang ditemukan tidak memliki hiasan (polos), namun ada beberapa juga ditemukan memiliki hiasan bentuk sulur, tumpal, dan lain sebagainya.