Pendidikan Karakter: Belajar Keindonesiaan dengan Gus Dur

Presiden Abdurrahman Wahid / Gus Dur

Bogor (20/1) Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia akan selalu dihadapkan oleh keuntungan dan kelemahannya. Wilayah alam yang dimiliki Indonesia menempatkannya diposisi kedua sebagai negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Belum lagi ditambah dengan fenomena bonus demografi yang menjadikan negara ini mengalami  peningkatan usia produktif secara signifikan. Namun, beberapa keuntungan di atas harus dibarengi dengan keharusan Indonesia untuk menghadapi keragamanan yang dimilikinya.Terbentuk dari 17.508 pulau yang diisi oleh 1.340 suku bangsa menjadi catatan penting bangsa ini untuk menjaga keharmonisan dalam kemajemukan yang melekat padanya. Selain itu, arus global yang terus berubah serta nilai-nilai yang saling bertemu menjadi hal lain yang perlu diantisipasi.

Indonesia adalah wadah dan masyarakatnya yang akan memberikan warna bagaimana Negara ini bertahan dan dikenal oleh bangsa luar, sehingga diperlukan individu-individu berkarakter dan memahami keindonesiaan untuk mengisi dan mempertahankan cita-cita para pendiri bangsa. Berbagai proyeksi dalam dunia pendidikan Indonesia dibuat untuk menjawab setiap tantangan Indonesia di masa depan. Mengantisipasi hal tersebut, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Perpres No. 87 tahun 2017 mengenai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Hal tersebut menggambarkan betapa perlunya mencatak generasi dengan karakter yang bersumber pada nilai-nilai luhur bangsa karena pelajar dan siswa yang saat ini sedang menuntut ilmu di ruang-ruang kelas kelak akan memegang sendi-sendi penting dalam berbagai sektor pembangunan Negara. Setidaknya terdapat 18 poin karakter yang diharapkan akan dimiliki oleh generasi muda Indonesia, yaitu religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Berbagai karakter yang diharapkan ada di setiap pribadi masyarakat Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai luhur bangsa.

Salah satu tokoh Indonesia yang banyak berkontribusi dalam dunia pendidikan termasuk di dalamnya tentang ide-ide pembentukan dan penguatan karakter adalah Abdurahhman Wahid. Presiden Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid atau sering dipanggil dengan Gus Dur merupakan tokoh yang mampu melihat Indonesia dengan keindonesiaannya termasuk dalam penanaman nilai-nilai di bidang pendidikan. Setidaknya Gus Dur bersentuhan dengan tiga bentuk pendidikan semasa hidupnya, lahir dalam keluarga pendiri pesantren Gus Dur tidak lepas dari nuansa pendidikan Islam, Gus Dur juga pernah mengenyam pendidikan di sekolah umum ketika keluarganya harus pindah ke Jakarta karena ayahnya ditunjuk menjadi Menteri Agama, dan ditambah dengan pengalaman Gus Dur ketika menuntut ilmu di luar negeri yang menjadikan beliau bersentuhan dengan banyak budaya yang kemudian mempengaruhi cara pandang beliau dalam banyak hal.

Banyak yang menyatakan bahwa pemikiran Gus Dur jauh melampaui jamannya dan itu yang terbukti saat ini. Setidaknya terdapat tiga hal yang menjadi terobosan Gus Dur yang akhir-akhir ini menjadi perhatian. Penyematan Gus Dur sebagai Bapak Keberagaman bukanlah tanpa sebab. Keberanian Gus Dur dalam mengangkat isu minoritas ke permukaan menjadikannya dekat dan disegani hampir oleh setiap kalangan dan lintas golongan. Gus Dur  mencabut Inpres  No. 14 Tahun 1967 yang mengatur tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China dengan mengeluarkan Keputusan Presiden No. 6 Tahun 2000 sehingga perayaan Imlek dapat dilakukan secara terbuka. Meskipun demikian, diskrimasi terhadap etnis tionghoa tidak hilang begitu saja. Namun, Gus Dur secara terang-terangan membela dan mengajak etnis minoritas untuk berjuang membela hak-haknya.

Terobosan lainnya yang Gus Dur bawa adalah penunjukan Marsekal TNI AL Widodo AS sebagai Panglima TNI, posisi yang selama ini dipegang oleh Angkatan Darat. Selain itu juga dibentuknya Departemen Ekplorasi Laut yang merupakan cikal bakal dari Kementerian Perikanan dan Kelautan saat ini. Gus Dur membuka babak baru dan mengembalikan kesadaran bersama bahwa ada yang selama ini dilupakan bangsa Indonesia sebagai bangsa dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan. Di samping itu, Gus Dur juga banyak mengesahkan banyak peraturan yang mendukung pengelolaan kelautan. Hal mengejutkan lainnya yang dibuat Gus Dur adalah keberanian beliau mendobrak nilai-nilai kesakralan seorang presiden dan lingkungannya. Gus Dur dipandang sebagai pemimpin yang populis, hal yang saat ini menjadi tren global dalam memilih seorang presiden. Gus Dur hadir sebagai pemimpin yang kharismatik dengan menghubungkan dan membawa kehendak sosial di masyarakat, tampil apa adanya, dan humanis.

Gus Dur melihat bahwa manusia adalah mahluk terbaik dan bertugas membawa visi terbaik yaitu sebagai pemimpin di bumi. Sehingga, hal yang paling mendasar dalam upaya perwujudannya adalah dengan penanaman pendidikan karakter. Pendidikan yang dimaksud tidak hanya ada di sekolah-sekolah formal, namun juga berada di tengah keluarga, di organisasi berbasis kader, dan di kehidupan masyarakat sehari-hari atau sering disebut dengan sekolah nonformal. Pembinaan karakter yang komprehensif tidak hanya dibebankan kepada sekolah tetapi juga mengikutsertakan setiap elemen yang ada di masyarakat sebagai wadah pembinaan karakter setiap individu. Sehingga diperlukan otonomi dan pembagian tugas yang luas dan lengkap dalam dunia pendidikan untuk mengoptimalisasi penguatan kurikulum yang sudah dibuat.

Pendidikan karakter yang berlandaskan dengan kearifan dan kebudayaan lokal untuk membentuk insan yang unggul bukanlah satu-satunya langkah untuk menjamin kelangsungan Indonesia di masa depan, masih diperlukan langkah-langkah substansial lainnya untuk saling menopang satu sama lain. Namun, ketika penghayatan terhadap nilai-nilai pendidikan karakter yang tercermin dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia maka cita-cita menuju Indonesia Emas tahun 2045 akan lebih mudah terwujud.