Menggalang Kehidupan Berbangsa Melalui Penguatan Karakter di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti

Bogor (18/10), Museum sebagai lembaga informal memiliki peranan strategis dalam media pembelajaran. Hal ini dikarenakan, museum selain tempat penyelamatan, penyimpanan, dan pemajangan warisan sejarah bangsa di masa lalu, juga memainkan peran ke arah peningkatan kehidupan berbangsa yang lebih cerdas, berkepribadian, dan berkarakter.

Pembangunan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti sendiri, merupakan ide dan gagasan Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono dengan tujuan sebagai ruangan yang menyimpan jejak langkah kepemimpinan para Presiden Republik Indonesia yang telah purna bakti. Perjalanan para pemimpin bangsa Indonesia meninggalkan benda-benda bersejarah berupa foto, buku, lukisan, benda seni, dan catatan bernilai sejarah yang menjadi koleksi di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti.

Nama ‘Balai Kirti’ yang berasal dari Bahasa Sanskerta memiliki makna sebagai bangunan yang menyimpan dan memamerkan berbagai benda peninggalan bersejarah, yang pernah membawa kemasyhuran. Dengan demikian, pendirian museum ini bertujuan sebagai rujukan historis mengenai kisah kemasyhuran para pemimpin bangsa Indonesia, serta menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam meneladani perjuangan para pemimpin bangsa.

Saat ini keberadaan museum di Indonesia memiliki lingkup yang sangat luas, karena museum tidak hanya memiliki fungsi sebagai pelindung benda cagar budaya. Melainkan juga sebagai tempat pembentukan ideologi, disiplin, dan pengembangan pengetahuan bagi masyarakat. Oleh karena itu, pentingnya menyadarkan dan mengajak seluruh masyarakat agar mau mengetahui sejarah bangsa adalah mengenalkannya dengan museum.

Pengenalan museum sebagai basis penguatan pendidikan karakter berbangsa saat ini sudah mulai masif dilakukan, hal ini karena dalam upaya membangun bangsa dibutuhkan kepribadian yang matang, mandiri, dewasa, bertanggungjawab, dan memiliki sikap nasionalisme. Di tengah era globalisasi seperti saat ini, masyarakat khususnya generasi muda harus banyak dikenalkan dalam wawasan kemuseuman yang bersifat edukatif. 

Dengan demikian fungsi museum sebagai lembaga pendidikan informal dapat dinikmati oleh masyarakat dan dikontekstualisasikan dengan kondisi saat ini untuk penguatan pendidikan karakter. Hal ini sejalan dengan visi dan misi Museum Kepresidenan RI Balai Kirti yaitu terwujudnya museum yang representatif dalam melestarikan dan mengkomunikasikan nilai – nilai perjuangan Presiden Republik Indonesia untuk memperkukuh karakter dan jati diri bangsa.

Untuk itu, dalam upaya menyukseskan penguatan pendidikan karakter bangsa di Museum dan sekaligus menyambut hari ulang tahun ke-6. Museum Kepresidenan RI Balai Kirti mengadakan rangkaian kegiatan sebagai bentuk edukasi dan sosialisasi Museum kepada masyarakat. Agenda kegiatan meliputi acara Seminar Daring, Lomba Bercerita, Talk Show di media elektronik, Pameran Daring, dan Kegiatan Bersama Komunitas. Seluruh rangkaian kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom.

Seminar daring ini bertemakan “Menggalang Solidaritas Kehidupan Berbangsa Melalui Penguatan Karakter di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti” diselenggarakan pada tanggal 18 Oktober 2020 bertepatan dengan Hari Lahir Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Seminar dibuka oleh Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dengan pembicara kunci Ainun Na’im, Ph.D, M.B.A, selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Seminar ini menghadirkan beberapa pembicara antara lain: Prof. Dr. Ir. K.H. Muhammad Nuh, DEA (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2009 – 2014), Ir. Hendarman, M.Sc, Ph.D (Kepala Pusat Pendidikan Karakter Kemendikbud RI), Dr. H. Taufan Pawe, S.H, M.H (Walikota Pare-Pare), Dr. Bima Arya Sugiarto, S.Hum, M.A, (Walikota Bogor), Asmara Abigail (Pekerja Seni) dan Analisa Widyaningrum, M.Psi (Psikolog). Acara ini akan dimoderatori oleh Hamdan Alkafie dan Ratu Nabilla. (Balai Kirti)