Masa Kecil Mohammad Hatta (2)

  • Masa Kecil Mohammad Hatta

Lingkungan masa kecil menjadi lingkungan awal pembentukkan tingkah pola dan watak kepribadian seseorang. Begitu juga yang dilalui dengan Hatta kecil. Lingkungan keluarga menjadi lingkungan yang sangat memiliki porsi besar bagi sosok Muhammad Hatta. Dibesarkan di lingkungan pedagang dari keluarga ibu, ia kemudian memiliki ketertarikan terhadap ekonomi kerakyatan, memiliki kepribadian yang hemat, dan cermat dalam berhitung. Di lingkungan keluarga ayahnya, ia bersentuhan dengan pengajaran dan pengamalan agama Islam yang taat. Kakeknya dari pihak ayah, Syekh Abdurrahman, dikenal sebagai ulama besar pada zamannya yang mendirikan Surau Batuhampar. Rasa nasionalisme yang dimiliki Hatta mulai tumbuh setidaknya sejak ia berusia 6 tahun ketika pada tahun 1908, ia melihat langsung sosok yang dirantai berjalan di depan rumahnya. Pada pertengahan tahun 1908, pecahlah Perang Kamang yang mengejutkan orang Bukittinggi. Kamang adalah sebuah kampung yang letaknya 16 km dari Bukittinggi. Rakyat di sana berontak terhadap kekuasaan Belanda. Hampir semua orang di Bukittinggi membicarakan Perang Kamang. Walaupun letak Kamang jauh dari Bukittinggi, lama kelamaan pengaruh pemberontakan di sana terasa juga di Kota Bukittinggi. Di dekat rumah Hatta ada sebuah jembatan besar. Hatta sering menatap jembatan itu sambil memperhatikan orang-orang yang lalu-lalang di sana. Di jembatan itu ditempatkan selusin serdadu bersenjatakan senapan dan bayonet. Setiap orang yang masuk dan keluar kota Bukittinggi, diperiksa. Bahkan perlakuannya seringkali kasar.

Hatta mengalami pendidikan masa kecil di Bukittinggi, di rumah kakeknya, Pak Ilyas. Pak Ilyas merupakan salah seorang pedagang besar di Bukittinggi. Ilyas dikenal oleh cucu-cucunya dengan panggilan Pak Gaek. Ilyas memiliki usaha pengangkutan pos antara Bukittinggi-Lubuk Sikaping yang bersambung sampai Sibolga. Untuk memperlancar usahanya, Ilyas memiliki beberapa kuda yang dijadikan media pengantar pos. Hatta sering diajak oleh kakeknya melihat para pegawainya merawat kuda. Selain memiliki usaha pengangkutan pos, Pak Ilyas memiliki usaha borongan menyediakan makanan bagi para pekerja kontrak di Sawah Lunto. Bahan-bahan tersebut berupa beras, daging, kadang-kadang ikan asin dan sayur mayur. Ia juga kerja borongan menghasilkan kayu balok untuk tambang batubara di Sawah Lunto, dalam usahanya ini, ia menjadi orang kedua, orang pertamanya adalah Mas Agus Haji Ning. Pak Ilyas yang menikah dengan Siti Aminah memiliki anak perempuan yang diberi nama Siti Saleha.

Hatta kecil hidup di tengah-tengah keluarga yang berada dan terpandang. Walaupun hidup Hatta berkecukupan, ia tidak lantas menjadi pribadi yang sombong. Sejak kecil, ia anak yang hemat, tidak pernah jajan yang tidak perlu. Kegemarannya membaca buku. Waktunya sangat diatur oleh keluarganya, sehingga ia pun terbiasa disiplin. Ada waktu mengaji, waktu sekolah, dan waktu bermain.  Ia tidak banyak keluar rumah karena memang teman sebaya nya pun tidak banyak.  Hatta kecil termasuk pribadi yang pendiam dan serius.

Rozinah Nabihah

Admin Website Museum Kepresidenan RI Balai Kirti