koleksi Presiden Abdurrahman Wahid

Kain Sarung Gus Dur

Bogor (23/5) Gus Dur dikenal sebagai Bapak Pluralism, karena beliau sangat menghargai keberagaman dalam berbagai hal, terutama keberagaman suku, agama, dan ras. Saat memimpin, Gus Dur berani mendobrak diskriminasi pada warga Tionghoa. Gus Dur diakui sebagai tokoh yang gigih dalam mempertahankan prinsip pluralisme Indonesia serta memperjuangkan perlindungan hak azasi masyarakat sipil dan hak kaum minoritas. Hal ini dilakukan untuk menjaga eksistensi NKRI. Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan Tahun Baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967 tentang larangan kegiatan perayaan Imlek. Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (libur hanya bagi yang merayakannya). Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan yang dimiliki, Gus Dur juga menjadi rujukan di dalam mengembangkan karakter anak bangsa Indonesia. Gus Dur menjadi orang tidak langsung jadi, melainkan bagian dari proses belajar terus menerus, terbuka, dan kemampuam membangun relasi dengan banyak orang.

Oleh Karena Gus Dur selalu berpenampilan sarungan dan berpeci nasional maka kali ini koleksi yang ditampilkan adalah Kain Sarung. Kain Sarung yang ditampilkan itu bermotif kotak berwarna putih dengan garis biru muda dan biru tua, di bagian bawah terdapat tulisan bermerk “Atlas”.