Edukasi Pemikiran Gus Dur

Abdurrahman Wahid alias Gud Dur

Bogor (20/1) Dalam era modern saat ini berbanding terbalik dengan semboyan negara ini Bhineka Tunggal Ika. Padahal jauh sebelum masa Bhineka Tunggal Ika di sematkan dalam lambang negara Indonesia, tujuh belas tahun sebelum prokalamasi di proklamirkan, para pemuda dari kelompok pribumi yang berbeda suku, agama, ras dan antargolongan mereka bersatu menyatakan diri sebagai putra putri Indonesia yang bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia, mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia, menjunjung Bahasa persatuan Bahasa Indonesia. Dalam hati mereka sudah bersemayam rasa cinta tanah air yakni nasionalisme.  Sudah patutlah generasi muda yang hidup dalam era globalisasi mencontoh pemuda kala itu yang menginginkan sebuah kemerdekaan.

Kini Indonesia sudah merdeka, tak perlu ada perjuangan yang mengharuskan para pemuda lari ke medan perang untuk menggapai kemerdekaan. Akan tetapi tugas pemuda saat ini adalah menjadikan negara Indonesia yang kokoh adil dan berdaulat secara penuh. Kita akan mampu menjadi bangsa yang kokoh apabila umat beragama yang berbeda dapat saling mengerti satu sama lain, bukan hanya saling menghormati, saling bertenggang rasa tapi rasa saling memiliki. Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa. Bhineka tunggal ika yang tertoreh dalam Burung Garuda Pancasila sudah sepantasnya menjadi tolak ukur kita sebagai sebuah negara yang memiliki beragam suku, ras, agama, budaya dan bahasa. Bangsa kita pun sudah mempunyai ideologi yakni Pancasila, sudah sepantasnya menjadikan Pancasila sebagai  tuntunan hidup berbangsa dan bernegara.

Indonesia sekarang ini membutuhkan pendidikan yang berkarakter artinya Pendidikan tak hanya mempelajari tentang ilmu pengetahuan yang sudah baku tapi harus bisa juga menumbuhkan moral anak bangsa yang cinta terhadap tanah airnya, moral anak bangsa yang menjunjung tinggi rasa hormat dan sayang terhadap orangtua mereka dalam kehidupan bermasyarakat, mental yang dapat menjaga persatuan dan kesatuan tidak mudah tergoyahkan dengan adanya unsur SARA. Indonesia memiliki seorang tokoh yang berkarakter pemersatu bangsa melalui pemikiran-pemikirannya dia adalah Presiden Indonesia Keempat Abdurrahman Wahid. (Doni Fitra)