Bulan Ramadhan, Proklamasi dan 17 Agustus 1945.

Proklamasi 17 Agustus 1945

Bogor (6/5) Sukarno dan Hatta baru pulang dari Saigon. Mererka mendapatkan kepastian bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Pada malam tanggal 15 Agustus 1945, jam 10.00, Sukarno dan Sayuti Melik sedang sibuk merencanakan rincian strategi proklamasi kemerdekaan. Pada saat itulah datang Chairul Saleh, Sukarni, dan Wikana yang mengatakan bahwa harus segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia karena mereka mengetahui bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Menyadari hasrat para pemuda yang mengebu-gebu dalam menyatakan pendapat, Soekarno menghadapinya dengan tenang.

Soekarno mengatakan bahwa yang paling penting didalam peperangan dan revolusi adalah waktu yang tepat. Di Saigon (Ho Chi Minh City, Vietnam) aku sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini dijalankan tanggal 17. Kenapa tanggal 17?? kata Sukarni, apakah lebih baik sekarang atau tanggal 16?? Kata Sukarno Aku percaya mistik, tujuh belas angka keramat. Pertama kita berada dalam bulan suci Ramadhan. Tanggal 17 jatuh pada hari Jum’at. Al Quran diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan. Orang Islam melakukan sholat 17 rakaat dalam sehari. Kemudian aku mendengar kekalahan Jepang dan kemudian aku berfikir kita harus segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Kemudian aku menyadari bahwa takdir Tuhan bahwa peristiwa itu akan jatuh tanggal 17. Revolusi mengikuti setelah itu.

Pengibaran Bendera Pusaka Merah Putih

Pada Subuh tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta di Culik dan dibawa ke Rengasdenglok. Namun karena Jakarta aman tidak ada perebutan aset-aset Jepang, maka para peculik itu gelisah dan akhirnya rombongan Sukarno, Hatta dan keluarganya dijemput oleh M. Subardjo. Jelang tengah malam Soekarno dan Hatta sampai di Jakarta dan segera mengadakan rapat di rumah Laksamana Maeda. Rapat dipimpin oleh Soekarno untuk merumuskan teks proklamasi yang akan dibacakan tanggal 17 Agustus 1945. Teks ditulis dengan tangan oleh Soekarno dan diketik oleh Sayuti Melik.

Tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 Proklamasi dibacakan oleh Sukarno yang didampingi oleh Muhammad Hatta dan kemudian pengibaran bendera pusaka Merah Putih yang dijahit Ibu Fatmawati. Upacara berlangsung sangat sederhana dan tanpa ada protokol.