Nenek Moyang dalam Tradisi Lisan Maritim di Kawasan Laut Sawu Nusa Tenggara Timur

Kerangka Kajian Tradisi Lisan

Penelitian tentang arti penting tradisi lisan sebagai sumber penulisan sejarah lokal merupakan satu upaya untuk mewadahi keanekaragaman sumber sejarah. Selama ini penulisan sejarah kurang memperhatikan aspek tradisi lisan sebagai sumber sejarah. Pengertian tradisi lisan menurut rumusan UNESCO adalah tradisi yang ditransmisikan dalam waktu dan ruang dengan ujaran dan tindakan. Dalam rumusan tersebut tradisi lisan mencakup kesusastraan lisan, teknologi tradisional, pengetahuan folk di luar pusat istana dan perkotaan, unsure religi dan kepercayaan folk di  luar batas formal agama-agama besar, dan kesenian folk.

Dengan demikian, tradisi lisan adalah segala wacana yang disampaikan secara lisan, mengikuti tata cara / adat istiadat yang telah memola dalam suatu masyarakat. Biasanya cerita yang disampaikan secara lisan mulai dari uraian geneologi, mitos, legenda, dongeng, dan cerita kepahlawanan. Tradisi lisan melingkupi aspek sastra dan budaya yang meliputi sistem genealogi, kosmologi, sejarah, filsafat, sistem pengetahuan.

Tradisi lisan sebagai fakta kemasyarakatan maupun sebagai khasanah budaya dapat dijadikan pokok kajian oleh berbagai disiplin ilmu. Kandungan mengenai peristiwa yang terjadi dalam kebudayaan masyarakat pendukung tradisi lisan merupakan fakta budaya (mentifact) yang menarik untuk dianalisa dan dipergunakan sebagai sumber penulisan sejarah lokal. Hal senada juga dinyatakan oleh peneliti tradisi lisan yaitu Jan Vansina yang menyatakan bahwa tradisi lisan juga penting untuk mengungkap sejarah masa lalu.

Tradisi lisan dapat memberi penjelasan mengenai fenomena sejarah yang pernah terjadi dimasa lampau meskipun tidak semua cerita menggambarkan realitas yang sebenarnya. Tradisi lisan sebagai sumber sejarah telah banyak digarap di Afrika, seperti yang dilakukan oleh Jan Vansina. ()

Dinamika Kebaharian, Asa-Usul Nenek Moyang, dan Cerita Tradisi Lisan di Kawasan Laut Sawu

Dunia pelayaran dan perdagangan di Nusa Tenggara Timur  juga menyentuh wilayah Timor yang kaya akan kayu cendana. Dalam tradisi lisan orang Timor terutama yang tinggal di wilayah Belu, dikisahkan tentang kedatangan nenek moyang orang Belu yang terkait dengan negeri Malaka dan Cina. Cerita rakyat Belu menyebut Sina Mutin Malaka (Cina Putih Malaka)  sebagai asal usulorang Belu. Adapun nama Sina Mutin Malaka berasal dari pembukaan syair adat yang dimulai dengan, “Hutun rai hat-bobu rai hat-hutun Sina Mutin-bobu Malaka” (rakyat empat suku, empat tanah-rakyat Cina Putih Malaka). Asal-usul orang Belu diperkirakan berasal dari Malaka atau Cina yang berkulit putih. Penafsiran lainnya adalah kedatangan orang Cina yang berkulit putih yang sebelumnya menyinggahi Malaka. Rombongan perahu Sina Mutin Malaka digambarkan berlayar dengan menyinggahi Makassar (Nibone rai henek) karena perahunya rusak, setelah membuat perahu lagi mereka melanjutkan perjalanannya ke pulau Kusu, Kai, Lae, dan Larantuka Boubin dan …………. unduh dalam versi lengkap Asal Usul Nenek Moyang dan Integrasi Masyarakat yang Tercermin dalam Cerita Tradisi Lisan Maritim di Kawasan Laut Sawu Nusa Tenggara Timur

telah terbit dalam Jurnal Prajnaparamita edisi tahun 2014.

Judul asli : Asal Usul Nenek Moyang dan Integrasi Masyarakat yang Tercermin
dalam Cerita Tradisi Lisan Maritim di Kawasan Laut Sawu Nusa Tenggara Timur

Oleh: Didik Pradjoko, M.Hum
Departemen Sejarah FIB UI