You are currently viewing Pergerakan Pemuda Menjelang Sumpah Pemuda

Pergerakan Pemuda Menjelang Sumpah Pemuda

  • Post author:
  • Post category:Berita

Perkumpulan Pemuda Berdasarkan Kedaerahan

Sumpah Pemuda yang lahir pada tanggal 28 Oktober 1928, tidaklah merupakan kejadian sejarah yang berdiri sendiri. Kejadian ini bukanlah bunga api yang menyala secara sekaligus dan sekonyong-konyong, tetapi jauh sebelum tahun 1928 sudah terdengar suaranya. Pada waktu itu sudah tampak kegiatan yang menunjukkan adanya kedambaan terhadap persatuan dikalangan pemuda-pemuda kita.

Kejadian itu setapak demi setapak, menuju kepada gejolak yang menyala-nyala, yang pada suatu saat pasti akan menimbulkan nyala api yang besar. Apabila kita tinjau sejarah pertumbuhan persatuan dikalangan pemuda, maka sebenarnya dapatlah dikatakan, bahwa jiwa persatuan itu tetap ada dan telah lama tertanam.Memang itikad untuk bersatu itu sudah ada jauh sebelum tahun 1928.

Perkumpulan pemuda pertama muncul ialah di Jakarta, yang pada tahap pertama masih bersifat kedaerahan. Pada waktu itu jumlah murid sekolah menengah dan mahasiswa belum banyak, bahkan didaerah luar jawa jumlah sekolah menengah masih sedikit dan perguruan tinggi belum ada sama sekali. Bagi pemuda-pemuda Indonesia yang ingin belajar lebih lanjut, tak ada jalan lain  selain harus pergi ke Jawa dan khususnya ke Jakarta untuk tujuan itu.

Dikalangan pemuda-pemuda itu, pada taraf pertama adalah terasa wajar apabila mereka merasa lebih dekat pada teman sedaerahnya. Mereka membicarakan dan memikirkan hal-hal yang berkenaan dengan daerahnya seperti masalah sosial dan budaya. Ditinjau dari sudut ini, timbulnya organisasi-organisasi pemuda daerah dapat dimengerti. Apabila kita teliti lagi, akan nyatalah bahwa perkumpulan-perkumpulan pemuda daerah itu tidak timbul didaerahnya masing-masing, akan tetapi justru di Jakarta. Setidak-tidaknya aktivitas pemuda daerah itu terutama sekali di Jakarta ( lihat 29 h.39 ).

Yang jelas ialah bahwa sifat organisasi daerah yang provinsialistis itu lebih banyak disebabkan oleh keadaan keanggotaannya, yang hanya terdiri dari orang-orang daerah daripada disebabkan oleh suatu kehendak yang memang semata-mata untuk mencapai tujuan yang sempit ( lihat 6 h.5 ). Sudah barang tentu pemuda-pemuda dari organisasi daerah telah juga mempunyai benih-benih nasionalisme Indonesia yang lebih luas. Tetapi waktu itu pengertian nasionalisme Indonesia masih merupakan samara-samar dan baru merupakan pengertian akademis. Istilah “Indonesia” sendiri merupakan hal yang secara nisbi masih baru.

Istilah Indonesia mula-mula dipakai dikalangan ilmu bahasa dan dipergunakan oleh sarjana antropologi berkebangsaan Inggris di Singapura bernama James Richardson Logan (1850). Logan merasa perlu adanya satu nama untuk menyebut kepulauan yang terletak antara benua Asia dan benua Australia beserta penduduk pribuminya (lihat 9 h.5).

Kemudian digunakan oleh sarjana Jerman “Adolf Bastian” (1889) dalam bukunya “Indonesien Order die Inseln des Malaischen Archipel”, untuk menunjukkan persatuan kebudayaan bangsa Indonesia (Lihat 17 h.75 ).

Sebelum dikenal istilah Indonesia, sebutan yang lazim dipakai ialah “insulinde”, ”Nusantara”, ”Dwipantara”, “Kouen Lowen”, “Malaysia”, “Nan Yang”, “Lobadio”, “Jawadwipa”, dan “Je Tiao” ( Lihat 17 h. 565).

Istilah Nusantara pertamakali dipakai oleh Ki Hadjar Dewantara ( Lihat 37 h. 342 ). Kata Nusantara juga digunakan oleh H.M.B Vlekke sebagai judul bukunya “Nusantara”, History of the Indonesia Archipelago” (1944).

Sebutan kolonialnya ialah Hindia Belanda atau Nederlandsch Indie, dan dari segi hukum adat terutama sekali adanya pengaruh dari Prof. Dr. Van Vollenhoven yang menegaskan adanya satu pola hukum adat Indonesia ( Lihat 38 h.40 ).

Jumlah organisasi pemuda daerah itu ada yang besar, ada pula kecil tergantung dari banyaknya yang belajar di Jakarta.

Sumber : Buku Peranan Kramat Raya