Soetomo Terancam Drop Out dari STOVIA & Pembelaan H.F Roll

0
2570

“Apakah di antara Tuan-Tuan yang hadir disini tidak ada yang lebih merah (berani) Soetomo waktu Tuan-Tuan berumur 18 tahun?”_H.F. Roll

Pernahkan kalian merasa begitu sangat bersemangat ketika usia remaja menjelang dewasa? Atau pernahkah terpikirkan mengapa anak muda selalu bersemangat? Ya benar, karena pemuda adalah pemilik semangat yang menggebu-gebu dan progresif. Karena lagi-lagi sejarah telah mencatat bagaimana pemuda memainkan perannya terhadap kebesaran bangsa ini. Dimulai dengan ide ide yang mengalir dalam darah pejuang muda pada masa kebangkitan nasional dilanjutkan dengan semangat revolusioner masa awal kemerdekaan hingga revolusi fisik serta berbagai semangat reformasi saat Indonesia terkungkung dalam rezim kediktatoran. Berbagai peristiwa tersebut menyebabkan tersusunlah memori kolektif bahwa pemuda merupakan sebuah simbol dinamika semangat perjuangan.

Berjiwa muda inilah yang mendorong anak muda untuk selalu aktif, bahkan kritis dalam menghadapi berbagai persoalan. Namun, benarkah terlalu aktif dan kritis dapat membuat terancap Drop Out (DO)? Lebih dari 100 tahun yang lalu, Raden Soetomo pernah mengalaminya. Raden Soetomo dikenal sebagai pribadi yang baik, cerdas dan memiliki rasa solidaritas kawan yang tinggi. Raden Soetomo (terlahir dengan nama Soebroto) lahir di Ngepeh, Nganjuk (Jawa Timur) 30 Juli 1888. Ia anak pertama dari tujuh bersaudara pasangan Raden Soewadji dan Raden Ajoe Soedarmi.

Pada 10 Januari 1903, Soetomo yang menginjak usia 15 tahun pada masa itu resmi menjadi pelajar STOVIA atau Sekolah Kedokteran Bumiputera. Semasa menjadi pelajar STOVIA, Soetomo memelopori pendirian perkumpulan modern pertama di Indonesia yang diberi nama Boedi Oetomo. Perkumpulan ini bertujuan meciptakan masyarakat yang sejahtera dengan cara memberikan pendidikan kepada seluruh anggota masyarakat. Organisasi yang didirikan bersama 8 orang temannya, menginspirasi  munculnya organisasi pergerakan nasional lainnya.

Pendirian organisasi Boedi Oetomo mendapat respon positif pelajar di kota-kota lain. Cabang-cabangnya berdiri di berbagai daerah seperti Bogor, Surakarta, Yogyakarta, dan Pekalongan. Dalam waktu singkat, perkembangan dan pertambahan anggota Boedi Oetomo semakin meningkat signifikan. Hal ini membuat cemas para dosen STOVIA. Para dosen kemudian mengintimidasi Soetomo untuk segera menghentikan kegiatan Boedi Oetomo. Apabila peringatan tidak dihiraukan, maka Soetomo akan di keluarkan atau Drop Out (DO) dari STOVIA.

Sementara itu, teman-teman sesama Boedi Oetomo melakukan aksi solidaritas, siap mengundurkan diri dari STOVIA jika Soetomo dikeluarkan. Mereka melakukan aksi solidaritas tepat di depan Ruang Dosen STOVIA. Direktur Stovia, H.F. Roll membela aktivitas Boedi Oetomo di depan Dewan Guru. Ia menanyakan kepada peserta rapat Apakah di antara Tuan-Tuan yang hadir disini tidak ada yang lebih merah (berani) Soetomo waktu Tuan-Tuan berumur 18 tahun?”. Pembelaan H.F. Roll mempengaruhi hasil rapat sehingga Soetomo tak jadi dikeluarkan. Untuk mengenangnya, peristiwa tersebut diabadikan dalam sebuah ruang yang disebut “Ruang Dosen STOVIA” yang terdapat di Museum Kebangkitan Nasional.