M. Soewarno

0
10841

M.Soewarno

 

Tidak banyak data yang terekam tentang tokoh yang satu ini, bahkan hanya sedikit. Itu pun diperoleh dengan susah payah. Menurut catatan yang ada, M. Soewamo (untuk membedakan dengan Gondo Soewamo), lahir pada tahun 1886, di Kemirie (konon masuk wi1ayah kabupaten Purworejo). la masuk STOVIA pad a tangga1 6 Februari 1901, dan lulus pada tanggal 10 September 1910.

  1. Soewamo semasa studi di STOVIA aktif dalam pergerakan bersama teman-temannya sesama pelajar sekolah kedokteran pribumi itu. la terrnasuk salah satu pendiri perhimpunan Boedi Oetomo. Di antara kawan-kawannya pendiri Boedi Oetomo, M. Soewamo terrnasuk angkatan pelajar yang lebih awal masuknya. Dalam kepengurusan Boedi Oetomo, nama M. Soewamo tercatat sebagai salah seorang Komisaris (Pembantu Umum) bersama komisaris-komisaris lainnya yaitu Moehamrnd Saleh, Soeradji, dan Goembrek .

MENJAGA KESEIMBANGAN DAN KESINAMBUNGAN

Peran para pemuda pelajar sekolah kedokteran pribumi (STOVIA) di Jakarta, dalam perjuangan pergerakan berlandaskan kebangsaan (nasionalisme), sungguh sangat luar biasa. Bermula dari pemikiran-pemikiran progresifyang dilakkan secara pelan- pelan, diam-diam tetapi pasti, telah mendapat dukungan luas hingga melewati batas-batas wilayah teritorial maupun budaya. Meski sebagian besar para anggotanya berasal dari suku Jawa , gerakan mereka untuk membebaskan dan memerdekakan diri dari penindasan kaum penjajah, mampu menyatukan kekuatan- kekuatan yang ada dalam masyarakat, tanpa memandang latar belakang suku, agama, golongan, dan lain-lain. Melalui organisasi yang mereka dirikan, Boedi Oetomo, konsep-konsep pemikirannya menjadi semakin terarah dan mudah dikendalikan. Apalagi usia rata-rata kesembilan pendiri Boedi Oetomo masih muda usia: Soetomo (20), Mohammad Soelaiman (22), Soeradji Tirtonegoro (21), Moehammad Saleh (20), Gondo Soewamo (21), Gunawan Mangoenkoesoemo (20), Goembrek (23), M.Soewamo (22), Angka Prodjosoedirdjo (21). Namun pada saat proses pencarian bentuk gerakan dan model pemikiran yang mereka upayakan terus-menerus sebelum wadah itu berdiri, usia kesembilan pelajar STOVIA ini rata-rata belasan tahun. Justru inilah kelebihan mereka, jiwa muda yang sedang bergelora menambah pacu gerakan kebangsaan mereka.

Gerakan kebangsaan Boedi Oetomo tidak hanya terpaku pada memperjuangkan tidak adanya rasa keadilan dan kemanusiaan akibat penindasan yang dilakukan secara sistematis, permanen, dan berkelanjutan, oleh bangsa kolonialis Belanda, tetapi juga pada bagaimana menumbuhkan semangat untuk bangkit membela harga diri, kehormatan, watak, dan kesejahteraan untuk kemajuan. Semua itu tidak datang secara tiba-tiba, dan tidak pula hanya menunggu kapan akan datang, tetapi perlu diupayakan melalui pemikiran-pemikiran progresif, terencana, dan sistematis. Para pelajar STOVIA yang rata-rata muda usia itu harus mampu membongkar pemikiran lama yang sul it diajak maju, mengingat bangsa ini sudah terlalu lama dalam cengkeraman penjajah yang berdampak sangat luar biasa yaitu kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan. Melihat kondisi masyaraat yang nyaris tak berubah itu, para pelajar STOVIA yang tergabung dalam Perhimpunan Boedi Oetomo bertekad untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi kemajuan bangsanya. Mereka berkeyakinan bahwa perubahan hanya dapat diupayakan melalui pendidikan. Melalui pendidikan, masyarakat bukan hanya menjadi melek huruf dan melek pengetahuan, melainkan juga melek terhadap kemajuan, harga diri, kehormatan dan kemanusiaan. Kemajuan yang sangat signifikan dari gerakan ini adalah kesadaran terhadap rasa persatuan dan kesatuan (nasioalisme). Pemerintah kolonial Belanda mengomentari munculnya gerakan Boedi Oetomo sebagai “Puteri semampai yang tidur nyenyak telah bangun” (De schoone slaapster is ontwaakt). Setelah Boedi Oetomo lahir, rakyat mulai bangun dan sadar. Banyak perkumpulan didirikan baik yang bercorak agama, sosial, ekonomi, kesenian, pendidikan,jumalistik, olahraga, dan sebagainya. Melalui berbagai macam kegiatan sesuai dengan bidangnya masing-masing, terciptalah kekuatan luar biasa. Kemajuan di berbagai bidang yang semula merupakan barang langka kini menjadi kenyataan; tidak hanya di bidang kesehatan sebagaimana digeluti para anggota Boedi Oetomo, tetapi juga di bidang pertanian, pendidikan, kesenian, perekonomian. Rakyat pun sudah semakin terbuka terhadap faham kebangsaan. Mereka tidak mempermasalahkan seseorang berasal dari mana, beragama apa, suku apa. Yang diperlukan hanyalah menjaga keselarasaan hubungan antaranggota masyarakat, karena dari situ dapat memupuk rasa persatuan dan kesatuan.

Jiwa kebangsaan yang diu sung para pelajar STOVIA tidak berhenti sampai di pergerakan Boedi Oetomo. Semangatnya terus bergelora, membubung tinggi dan merasuki generasi berikutnya dengan pergerakan-pergerakan yang lebih dinamis, terukur, terbuka, dan berkesinambungan. Dua puluh tahun setelah Boedi Oetomo, kaum muda kembali melakukan pergerakan yang sangat fenomenal dan menggegerkan dunia dengan “Sumpah Pemuda” nya yang dideklarasikan pada 28 Oktober 1928. Jika pada era Boedi Oetomo, faharnkebangsaan muncul dan berproses menuju kematangan, maka pada era ini kebangsaan (nasionalisme) sudah menemukan jati dirinya yang utuh: “Indonesia.” Di dalamnya mencakup hal-hal paling mendasar, yaitu: tanah air, bangsa, dan bahasa. Tiga hal mendasar tersebut menjadi modal utama bangsa Indonesia untuk merebut hak-haknya sebagai bangsa yang ter- bebas dari eksploitasi oleh siapa pun, termasuk kaum kolonialis Belanda, dan menjadi warga dunia. Puncaknya-setelah melalui perjuangan panjang pergerakan demi pergerakan-bangsa In- donesia meraih apa yang diidam-idamkan yaitu: “Kemerdekaan Indonesia” yang diproklamasikan oleh Soekamo- Hatta pada 17 Agustus 1945.

Perjuangan bangsa selalu dimotori oleh kaum muda, karena merekalah yang memiliki pikiran yang jemih, fisik yang kuat, serta jiwa pemberani; berani mengambil risiko dan berani membela kebenaran. Ini yang perlu terus diperjuangkan dan dilestarikan. Semangat persatuan dan kesatuan harus tetap dija- ga dan dipertahankan, jika bangsa ini ingin diperhitungkan di kancah pergaulan bangsa-bangsa di dunia.