Desa Adat Penglipuran: antara Pendidikan Tradisional Informal dan Keharmonisan Alam

0
5271

Karena pendidikan adalah proses kehidupan, maka semesta adalah sebaik-baiknya guru kehidupan. Pendidikan bukanlah ruang tertutup yang membutakan seseorang melihat dunia, ia adalah horizon yang maha tinggi dan memungkinkan seseorang melihat dunia sesungguhnya. Dalam upaya mewariskan nilai, sudah seharusnya pendidikan membutuhkan keselarasan alam dan keharmonisan akan budaya lokal masyarakat. Seperti halnya yang dilakukan pendidikan formal tradisional pesatren ataupun pasraman.

Pendidikan informal juga dapat kita temui di desa adat Penglipuran, Kubu, Bangli, Bali. Mempertahankan keselarasan alam dan menjaga kesucian tempat para leluhur, membuat Desa Penglipuran menjadi tempat terbersih di dunia. Penghargaan ini disampaikan oleh TripAdvistor tahun 2016, disamping penghargaan Kalpataru tahun 1995. Desa Penglipuran merupakan desa adat yang menjaga keselarasan dan kebersihan alam, serta mempertahankan adat budaya leluhurnya hungga sekarang.

Masyarakat Desa Penglipuran yang berjumlah sekitar 985 jiwa menganut sebuah falsafah Tri Hita Karana yang memiliki arti selalu menjaga keharmonisan dalam relasi sesama manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan lingkungan. Suasana tersebut sangat tergambar ketika tim Kajian Museum Kebangkitan Nasional memasuki area desa. Desa yang berada diatas ketinggian 200 mdpl dengan luas 112 hektar ini ditempati oleh sekitar 200 rumah bergaya tradisional yang berderet dan berjajar rapi. Dilengkapi dengan jalanan yang dipenuhi rerumputan hijau, pohon, dan aneka warna-warni bunga di bagian kanan dan kirinya. Suasana sejuk dan udara asri pedesaan tradisional terasa di desa ini. Desa inipun terbebas dari asap knalpot, karena kendaraan baik mobil maupun motor tidak diperkenankan memasuki area desa, melainkan harus diparkir di depan gapura pintu masuk desa.

Pendidikan tradisional informal juga terasa, misalnya saja saat kami menjumpai permainan tradisional anak berupa alat tabuh yang terbuat dari bambu di teras sebuah rumah. Nampaknya menjaga keselarasan alam dan melestarikan budaya leluhur telah diajarkan kepada anak-anak di Desa Penglipuran sejak dini melalui intensitas pendidikan informal di keluarga dan masyarakat.

(Untari)