Museum Basoeki Abdullah Mengadakan Seminar Tentang Museum dan Dunia Pendidikan

  • Post author:
  • Post category:Berita

Seminar Museum, Seni, dan Dunia Pendidikan

Kamis, 26 Mei 2016, Museum Basoeki Abdullah menyelenggarakan seminar yang bertajuk “Museum, Seni, dan Dunia Pendidikan,” di Gedung II Museum Basoeki Abdullah, Jakarta. Hadir sebagai pembicara dalam seminar ini adalah: Drs. Eddy Fauzi Effendi,M.Sn.(Pengajar FBS,UNJ), Dr. Ali Akbar M.Hum. (Pengajar FIB,UI), dan Bambang Asrini Wijanarko (Kurator). Sedangkan, Drs. Yudhi Soeryoatmodjo, yang juga merupakan produser dari Akhir Pekan di Museum, turut hadir sebagai moderator dalam acara tersebut.

Setelah menyanyikan lagu kebangsaan, Indonesia Raya, secara serempak, acara dimulai dengan laporan Kepala Museum Basoeki Abdullah, Drs. Joko Madsono, M. Hum, kepada Direktur Direktorat PCBM, yang pada kesempatan tersebut diwakili oleh Ibu Sri Patmiarsih. Pada laporannya, Bpk. Joko menyampaikan bahwa seminar yang diselenggarakan dalam rangka merayakan bulan pendidikan tersebut dihadiri oleh kurang lebih 100 peserta yang berasal dari kalangan akademisi, mahasiswa, pelajar, hingga wartawan. Selain itu Beliau turut mengharapkan melalui seminar ini dapat menghasilkan suatu pemikiran yang memberikan kesinambungan akan peran museum di era sekarang.

Acara dilanjutkan dengan sambutan yang disampaikan oleh Ibu Sri Patmiarsih. Beliau menyampaikan sebuah fakta bahwa saat ini terdapat 419 museum di indonesia, dan sebagian besar milik masyarakat. “Hal ini merupakan perkembangan besar di Indonesia. Sekarang paradigma tentang museum sudah berubah, dari tempat melihat koleksi, menjadi ruang publik yang menarik,” imbuhnya.

Dr. Ali Akbar M.Hum. membuka sesi seminar dengan presentasinya yang berjudul “Museum yang Terus Belajar: Untuk Pendidikan dan Seni.” Pada kesempatan itu, Bpk. Ali menyampaikan bahwa sudah saatnya museum di Indonesia harus merubah identitasnya, dari museum yang menitikberatkan pada pengumpulan, penyimpanan, perawatan, dan penyajian atau pameran koleksi, menjadi museum sebagai public sphere, atau penggerak seni untuk pembangkit masyarakat. Menurutnya, kedepannya museum dan masyarakat harus sama-sama belajar. Museum belajar dari masyarakat, dan masyarakat belajar dari museum.

Tampil sebagai pembicara berikutnya adalah Bambang Asrini Wijanarko. Beliau memaparkan pemikirannya tentang “Museum: Ruang Edukasi Seni Untuk Toleransi dan Keberagaman.” Pada kesempatan itu beliau menyampaikan bahwa museum dapat menjadi sarana untuk mempelajari toleransi dan keberagaman di Indonesia. “Sesungguhnya kita dapat menjadikan museum sebagai sarana untuk menanggulangi intoleransi, dan konflik-konflik yang muncul karena perbedaan lainnya,” pungkasnya.

Seminar dilanjutkan dengan paparan oleh Drs. Eddy Fauzi Effendi,M.Sn., yang bertajuk “Museum Sebagai Sarana Pendidikan.” Pada paparannya Beliau mengajak masyarakat untuk menjadikan kunjungan ke museum sebagai suatu kebutuhan. “Museum adalah ruang belajar dan kerja mental di luar sekolah, sehingga siswa-siswi dapat belajar sesuatu dengan cara yang informal, “ ungkapnya. Pada akhir paparannya Beliau mengajak kepada seluruh peserta untuk merubah pola pikir tentang museum. Karena menurutnya jika museum hanyalah tentang masa lalu saja, maka museum tidak akan mempunyai makna.

Kegiatan seminar Museum Basoeki Abdullah dimaksudkan untuk lebih mendekatkan Museum Basoeki Abdullah kepada masyarakat dan generasi muda guna diapresiasi secara langsung. Seminar ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran  yang sangat penting tentang pemahaman permuseuman dan hubungan dengan pendidikan di Indonesia dan juga  meningkatkan pemahaman atau apresiasi terhadap museum dan seni lukis Basoeki Abdullah serta dalam upaya membangkitkan minat masyarakat untuk berkunjung ke Museum Basoeki Abdullah. Selain itu melalui seminar ini diharapan muncul pemikiran-pemikiran untuk memajukan museum dan dunia pendidikan di Indonesia.