Pendekar Inspiratif Berkunjung di Mutiara Bibir Pasifik

0
543

MOROTAI – Sabtu (03/11), bertempat di Gedung aula Kantor Bupati Pulau Morotai di Jalan Soesilo Bambang Yudhoyono, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara berlangsung acara Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Media Inspiratif (Pendekar Inspriratif) 2018 yang diselenggarakan oleh Direktorat Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai.

Penampilan kesenian lokal pada saat pembukaan yaitu tari Tide-tide

Acara dibuka oleh Wakil Bupati Pulau Morotai, Bapak H. Asrun Pamoda, S.Ag., M.Si. Dalam sambutannya, Wakil Bupati menyampaikan bahwa kegiatan Pendekar Inspiratif ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi pelajar di daerah, untuk menonton film berkualitas, sehingga dapat menginspirasi dan merangsang pelajar untuk berdiskusi mengenai nilai-nilai yang terdapat pada film tersebut.

Dari Kemendikbud yang diwakili oleh Kasubdit Internalisasi Nilai Sejarah, Bapak Edy Suwardi, M.Hum. menjelaskan bahwa kegiatan ini salah satunya bertujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter bangsa bagi pelajar dengan menggunakan media inspiratif (film berkualitas).

Pulau Morotai yang menyimpan banyak sejarah tentang Perang Dunia ke-II ini, juga kaya akan potensi wisata baharinya sehingga menjadi salah satu tujuan 10 destinasi wisata arahan dari Kantor Staf Presiden (KSP).

Suasana peserta guru pada saat mengikuti kegiatan nonton bareng film inspiratif

Peserta kegiatan ini dihadiri oleh 750 orang, yang terdiri dari 350 guru dan 400 siswa. Acara dibagi menjadi 2 sesi, yaitu sesi guru pada pagi hari dan sesi siswa pada siang hari. Sedangkan film yang diputar adalah “Sokola Rimba” untuk sesi guru dan “Cahaya dari Timur: Beta Maluku” untuk sesi siswa. Film “Sokola Rimba” sendiri bercerita tentang Butet Manurung yang bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi. Dia mengisi waktunya dengan mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak-anak masyarakat suku anak dalam, yang dikenal sebagai Orang Rimba, yang tinggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas.

Adapun film “Cahaya dari Timur” film inspiratif yang berdurasi 190 menit ini bercerita tentang Perjuangan Sani Tawainella (Chicco Jerikho) Seorang mantan pemain sepak bola yang berakhir sebagai seorang tukang ojek. Sani berjuang menghidupi keluarganya dan bertahan di tengah situasi konflik yang serba tidak menentu. Ia menyaksikan anak-anak di Tulehu-Passo juga terseret arus konflik dan dendam. Kak Sani lantas berketetapan hati untuk melatih anak-anak bermain sepak bola agar tidak terlibat dalam konflik. Selain Kak Sani tokoh utama film ini adalah Salim Ohorela (Bebeto Leutually) atau yang akrab disapa “Salembe” memang paling menonjol di antara teman-temannya, tetapi sikapnya yang tidak disiplin sering membuatnya terganjal persoalan. Salembe adalah anak yang keras hati, dalam film ini juga terkandung unsur pendidikan karakter dan nilai-nilai kepribadian anak dan remaja. Sifat-sifat mulia seperti tanggungjawab, disiplin, kerjasama, toleransi, dan saling menghargai dan menjauhi konflik.

Dari kiri ke kanan: Kadisdikbud F. Revi Dara, Wakil Bupati Morotai, Asrun Padoma, Kasubdit Internalisasi Nilai Sejarah, Edy Suwardi dan Kasi Peristiwa Sejarah, Budi Suryono berfoto bersama para peserta guru

Selain pemutaran film, juga diadakan sesi dialog dengan para peserta. Narasumber pada saat sesi dialog pada dua sesi adalah Drs. Edy Suwardi, M.Hum. (Kasubdit Internalisasi Nilai Sejarah), H. Bahrun (pakar pendidikan Kab. Pulau Morotai), Rukman Rosadi (salah satu pemain film “Sokola Rimba”), Bebeto Leutually (salah satu pemain film “Cahaya dari Timur”) dan F. Revi Dara, M.Pd. (Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pulau Morotai).

Dalam dialog sesi pertama, Mas Rosa sapaan akrab Rukman Rosadi menyampaikan pentingnya para guru agar bukan hanya mengajar saja tapi juga harus bisa mendengarkan pendapat mendekati dan mengetahui “bahasa” anak didik untuk mengetahui sifat dan karaktenya.  Pengalaman Mas Rosa membuktikan bahwa di dunia Seni siswa yang nakal biasanya adalah siswa yang cerdas dan kreatif, hampir semua orang hebat adalah seorang rebel atau siswa pemberontak mereka hanya kurang diperhatikan, didengarkan pendapatnya dan diberikan kesempatan tugas guru adalah membimbing mereka.

Begitu juga dalam Dialog Sesi Kedua tampak para siswa sangat antusias mengikuti acara ini karena menampilkan tokoh utama film “Cahaya Dari Timur” yaitu Bebeto Leutually. Dalam dialog bersama para siswa Bebeto menceritakan pentingnya menjaga persatuan sesama saudara sebangsa dan setanah air, karena dengan bersatu dan bekerjasama kita bisa meraih impian kita. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Pulau Morotai juga berpesan kepada para siswa, “kita semua memang berbeda, tidak sama, dan tidak harus sama, perbedan bukan kesalahan namun perbedaan itulah yang tuhan ciptakan dan kita butuhkan untuk saling bekerjasama, lupakanlah keburukan di masa lalu, fokuslah meraih masa depan”, pesannya sembari menutup Dialog.

Kontributor: A.M