PAMERAN BESAR SENI RUPA DI PAPUA

0
6995

Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar acara bertajuk Pameran Besar Seni Rupa 2014 di Jayapura menghadirkan karya 54 perupa dari 28 Provinsi di Indonesia bertempat di Taman Budaya Papua, Waena, Jayapura berlangsung selama empat hari mulai 10-14 September 2014.  Pameran Besar Seni Rupa dibuka untuk umum dari pukul 10.00-21.00 WIT.

Pameran Besar Seni Rupa Se-Indonesia, tahun 2014 di buka secara resmi oleh Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekda Papua, Drs. Elia I. Loupatty, MM mewakili Gubernur Papua, selasa 10 September  2014. Kegiatan yang bertemakan Swara Nusa “Seni Budaya Untuk Perdamaian dan Persaudaraan Dalam Prespektif Berbangsa dan Bernegara” ini menyajikan pameran karya seni anak-anak bangsa.

Dalam sambutan Gubernur Provinsi Papua yang dibacakan Elia I. Loupatty  mengatakan “Kegiatan ini dianggap sangat strategis sebagaimana sesuai dengan visi Provinsi Papua Papua bangkit mandiri dan sejahtera, untuk itu kami mengajak seluruh seniman yang mengambil bagian dalam kegiatan ini agar dapat bangkit dan mandiri untuk menciptakan karya-karya yang berkualitas yang dapat memberikan kesejahteraan bangsa Indonesia”.

Pada kesempatan yang sama Drs. Pustanto, MM selaku Kepala Sub Direktorat Seni Rupa Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Direktoat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam sambutannya mengatakan bahwa pembangunan kebudayaan adalah menjadi bagian penting yang merupakan tanggung jawab kita semua, untuk itu program pelestarian yang meliputi pembinaan dan pengembangan dan pemanfaatan harus kita galakan.

Pameran

Pameran Besar Seni Rupa Se-Indonesia, tahun 2014 diikuti oleh para perupa dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, Papua. Karya yang ditampilkan berupa lukisan, patung, fotografi, hingga karya seni instalasi yang dipamerkan dalam ruang pamer maupun di luar ruang.

Kurator Pameran Besar Seni Rupa Se Indonesia, Adrianto Rikrik Kusmara dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menuturkan “Masyarakat yang berkesempatan untuk mengambil bagian dalam kegiatan ini diharapkan lebih menyadari kekayaan bangsa sehingga tumbuh rasa apresiasi atas karya seni rupa yang di ciptakan oleh seniman-seniman Indonesia,”

Drs. Pustanto, MM selaku Kepala Sub Direktorat Pembinaan Seni Rupa, Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman sekaligus ketua panitia pameran menjelaskan “Pada acara ini kami ingin memperlihatkan kepada masyarakat keberagaman karya seni rupa Indonesia yang di buat oleh para seniman Indonesia dengan latar belakang budaya daearah yang berbeda. Sebagai bangsa yang majemuk, beragam karya seni rupa merupakan kekayaan yang membuktikan bahwa Indonesia adalah bangsa yang berperadaban tinggi dan tidak kalah dari bangsa lain,”

“Ajang ini juga menjadi pertukaran informasi bersama antar perupa nusantara, sehingga tumbuh rasa apresiasi atas karya seni rupa yang diciptakan oleh seniman Indonesia,” ujarnya, Rabu (10/9/2014).

Kegiatan pameran besar seni rupa di Papua merupakan kegiatan yang kedua kalinya di Indonesia yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman. Pameran pertama tahun 2013 dilaksanakan di Kota Jambi, Provinsi Jambi, yang kedua tahun 2014 dilaksanakan di Jayapura, Provinsi Papua. Perhelatan pameran yang ketiga tahun 2015 rencananya akan digelar di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kegiatan yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan kebudayaan bertujuan untuk mempertemukan para perupa tanah air dan diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas karya seni rupa nasional, serta meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya-karya perupa nasional.

Sebagai tuan rumah acara ini,  Papua menampilkan ragam kekayaan seni rupa khas Papua  akan ditranslasikan dalam 5 karya seni instalasi dari 5 orang seniman lokal, beserta dengan satu  karya seni instalasi dari seniman Bali. Semuanya akan dipamerkan di area ruang Balai Museum Papua.

Sementara itu, Ketua Sekolah Tingggi Seni Papua (STSP), Syafiuddin mengapresiasi dengan baik  kegiatan Pameran Besar Seni Rupa di Papua karena dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni rupa di nusantara karena di Papua kurang informasi terkait karya seni. “Perupa-perupa  Papua yang ada saat ini baru dikembangkan adalah untuk keahliannya, belum kepada seni melukisnya,” katanya.

pkp 1

Sambutan Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman yang diwakili oleh Kasubdit Pembinaan Seni Rupa, Drs. Pustanto, M.M

pkp 2

Pembukaan secara simbolis oleh Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekda Papua, Drs. Elia I. Loupatty, MM mewakili Gubernur Papua.

pkp 3

Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekda Papua, Drs. Elia I. Loupatty, saat mengunjungi ruang pameran.

 

Karya-karya yang Dipamerkan

Perupa dari DKI Jakarta, Sarnadi Adam yang menyuguhkan 7 lukisannya diatas kanvas berukuran 85 x 105 cm dan 30 x 30 cm menampilkan tema Tarian Betawi yang merupakan ciri khas dari adat Betawi. Perupa lainnya,  Aisul Yanto yang menampilkan dua lukisannya bertema wanita. “Sejak 7 September kami berada disini dan kami sangat mengapresiasi kegiatan pertemuan seni rupa se Indonesia ini. Kami juga sangat menantikan melukis diatas kulit kayu yang akan digelar besok. Melukis dengan cara ini adalah perpaduan antara melukis modern dan tradisional yang akan digabungkan,” paparnya.

Lukisan Yesus yang berukuran 180×130 CM milik pelukis asal Pontianak, Christoforus A.S.HM dengan tema “Tuhan biarkan dalam seumur hidupku aku berbuat yang terbaik untukmu” yang dilukis diatas kanvas menggunakan cat minyak menjadi salah satu karya yang paling diminati oleh pengunjung Pameran Besar Seni Papua Se- Indonesia di Aula Balai Museum Expo Waena, Rabu (10/9/2014) kemarin.

Kasubdit Pembinaan Seni Rupa Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Drs. Pustanto. MM, menuturkan, karya lukisan milik Christoforus asal Pontianak ini terpilih karena di anggap layak mengingat sesuai dengan kultur dan kepercayaan masyarakat mayoriats di Papua.

     pkp 4-horz

Beberapa karya yang dipamerkan pada Pameran Besar Seni Rupa

 

Workshop Melukis di atas Kulit Kayu

Workshop melukis diatas kulit kayu diselenggarakan di tempat yang berbeda yaitu di Pulau Asei Besar. Sebelum melaksanakan workshop, para peserta yang berasal dari 28 provinsi diajak untuk berkeliling Danau Sentani dengan menggunakan kapal Ferry. Sambil berwisata membelah riak air Danau Sentani, para peserta mendapat pengalaman melihat secara langsung kehidupan keseharian masyarakat Papua, Suku Sentani, yang tinggal di Danau Sentani.

Menurut Pustanto “Sesi workshop seni lukis di atas kulit kayu di Asei Besar bertujuan memperkenalkan seni melukis di atas kulit kayu kepada para peserta workshop. Karena, Pulau Asei Besar adalah sentra melukis di atas kayu yang merupakan budaya Suku Sentani.”

“Melukis bersama diatas kulit kayu sengaja digelar untuk menambah cakrawala pengetahuan, bertukar ilmu dan pengalaman. Ajang melukis diatas kulit kayu juga akan menambah teknik pengerjaan serta pendekatan estetika yang berbeda,” kata curator Pameran besar Seni Rupa, Adrianto Rikrik Kusmara, Kamis, 11 September 2014.

Perupa dari Taman Budaya Bandung, Jawa Barat, bernama Diyanto sangat mengapresiasi acara melukis di atas kulit kayu. Dia mengaku pertama kali melukis di atas kulit kayu.

Salah satu perupa asal Sulawesi Tengah, Kif Radja Muda, mengatakan melukis di atas kulit kayu memiliki sensasi tersendiri. Sebab campuran cat yang dituangkan ke kulit kayu memunculkan karya seni tak terduga. “Untuk aliran abstrak dan ekpresi sangat bagus, karena kanvasnya memiliki tekstur yang bisa memunculkan karya tanpa diduga,” katanya.

pkp 6Pelaksanaan “Workshop melukis diatas kulit kayu” di pulau Asei Besar Danau Sentani

pkp 7Para peserta saat melukis bersama di atas kulit kayu, dan disaksikan oleh penduduk setempat.