Cerita Budaya Desaku

0
2685

foto : Waraney Wuaya, Desa Warembungan

Desa menyimpan kekayaan budaya yang perlu untuk dilestarikan dan diwariskan. Kebudayaan Indonesia yang ada sekarang terbentuk dari proses sosio-historis yang terjadi dalam kurun waktu yang panjang akibat kontak budaya antarbangsa maupun antarsuku bangsa. Kekayaan ini pula yang menyemarakkan Indonesia sebagai bangsa multikultur dengan berbagai corak, dalam konteks pelestariannya perlu memajukan kebudayaan dari lingkup terkecil yaitu desa.

Sebagai bagian dari upaya mamajukan kebudayaan desa, dokumentasi dan publikasi menjadi langkah penting untuk mencapai tujuan tersebut. Masyarakat desa yang tinggal jauh dari perkotaan cukup sulit mencari wadah yang dapat memberikan ruang bagi mereka untuk mengenalkan potensi budaya yang mereka miliki. Oleh karena itu dibutuhkan adanya program yang mewadahi masyarakat desa untuk mengenalkan dan mempromosikan potensi desa sehingga diharapkan tujuan dari program desa pemajuan kebudayaan dapat terwujud.

Pada tahun anggaran 2020 ini, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan menyelenggarakan kegiatan Pemajuan Kebudayaan berbasis Desa yang diawali dengan Lomba Cerita Budaya Desaku yang dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus – 10 September 2020. Rangkaian kegiatan ini merupakan langkah awal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam memetakan potensi budaya yang ada di masyarakat untuk selanjutnya menggerakkan desa untuk memajukan kebudayaan melalui komunitas atau kelompok di desa dengan melibatkan Pemerintah Desa dan masyarakat desa.

Rangkaian kegiatan diawali dengan empat kali webinar pada bulan Agustus yang bertajuk bincang santai temukenali budaya desaku. Masing-masing diantaranya mengangkat tema besar desa sebagai lumbung budaya. Keempat subtema masing-masing membahas tentang desa dan ruang budaya, desa dan lingkungan alam, desa dan seni kriya, serta permainan tradisional. Selanjutnya dilaksanakanlah Lomba Cerita Budaya Desaku yang berhasil mengumpulkan 489 karya dari seluruh Indonesia. Lomba ini mewajibkan peserta untuk membuat karya dalam bentuk narasi atau tulisan, foto, dan video yang menceritakan potensi budaya desa. Tingginya jumlah antusiasme masyarakat desa dalam menceritakan potensi budaya desanya menunjukan bahwa desa memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Hal ini pula yang menyulitkan dewan juri untuk memilih karya terbaik, hingga dihasilkan 30 karya terbaik. Pengumuman pemenang dilaksanakan pada 1 Oktober 2020. Selanjutnya 30 desa ini akan didampingi untuk dapat memajukan kebudayaan di desa, salah satunya melalui lokakarya dan pemberian dana pemberdayaan.

Lokakarya diselenggarakan dalam dua gelombang, yaitu gelombang I pada 7 – 9 Oktober 2020 dan gelombang II pada 14 – 16 Oktober 2020. Lokakarya ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada desa-desa terbaik pilihan juri untuk mengidentifikasi lebih dalam potensi budaya yang ada di desa, mengembangkan kreativitas untuk dapat berperan aktif dalam melestarikan budaya yang ada di desa, mengembangkan dan memanfaatkan budaya untuk kesejahteraan masyarakat; serta akhirnya mendorong perangkat desa untuk membuat kebijakan desa yang berbasis kebudayaan.

Sasaran dari kegiatan ini adalah komunitas atau kelompok yang ada di desa. Karena komunitas atau kelompok inilah yang diharapkan menjadi penggerak di masing-masing desa untuk bersama-sama dengan seluruh warga desa mempertahankan rasa memiliki akan budaya lokal, kemudian melestarikannya untuk generasi selanjutnya.

Sebagaimana pesan yang disebutkan Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, “Desa merupakan lumbung pengetahuan”. Desa menyimpan kekayaan budaya lokal yang perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya. Dalam kesempatan ini diharapkan pelestarian budaya berasal dari satuan terkecil di dalam pemerintahan, yaitu Desa. Desa-desalah yang memperkuat negara, sehingga apabila desa kuat jati dirinya, maka negara dan Bangsa Indonesia juga akan kuat.

Demikianlah cerita budaya desaku untuk sementara, sekarang ini 30 desa sedang mulai mewujudkan rencana aksi mereka dalam melestarikan kebudayaan bersama desa masing-masing. Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi pelestarian budaya di desa. Kita nantikan kembali cerita dari desa-desa tersebut. (AYA, TSW)