Sebanyak 4.800 pelajar Indonesia mengikuti Tapak Tilas Sejarah Pergerakan Kemerdekaan Indonesia yang diselenggarakan oleh Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Puspeka Kemendikbud). Perhelatan ini merupakan rangkaian peringatan Sumpah Pemuda ke-92, sekaligus momentum untuk mengenalkan sejarah Indonesia. Sehingga, para siswa dapat semakin mencintai tanah air dan meneruskan pembangunan Indonesia di masa depan.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Sesjen Kemendikbud), Ainun Na’im menjelaskan rangkaian acara Tapak Tilas merupakan upaya penting untuk mengenalkan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia kepada para pemuda-pemudi Indonesia. “Ini adalah upaya penting untuk memperingati Hari Sumpah pemuda perjalanan dan perjuangan sejarah kemerdekaan Indonesia banyak pengorbanan, dinamika, dan dedikasi dilakukan oleh pendiri bangsa Indonesia,” ujarnya saat pembukaan Tapak Tilas Sejarah Pergerakan Kemerdekaan Indonesia secara daring, Sabtu (31/10/2020).
Kepala Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ka Puspeka Kemendikbud), Hendarman, menjelaskan penyiapan materi Tapak Tilas memang khusus menyasar para siswa sebagai generasi penerus bangsa. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman bagi para siswa mengenai proses pengorbanan dan perjuangan kemerdekaan.
“Kegiatan ini untuk memberikan pemahaman adik pelajar mahasiswa bahwa perjuangan kemerdekaan tidak diperoleh secara cuma-cuma tapi melalui proses pengorbanan sehingga diharapkan adik-adik bisa dapat lebih kuat kebinekaan global dan berjuang mempertahankan kemerdekaan ke depan,” ujar Hendarman.
Pemahaman ini, menurut Sesjen Ainun, merupakan bekal bagi para siswa untuk melanjutkan pembangunan Indonesia di masa depan. “Pemahaman akan perjuangan cita-cita bangsa sangat penting untuk adik-adik memegang tampuk pimpinan atau mewarisi para pendiri bangsa untuk membangun bangsa Indonesia,” tegasnya.
Peserta membludak
Masa pandemi tidak menyurutkan minat para siswa untuk mengikuti perhelatan Tapak Tilas. Jumlah peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi walaupun keseluruhan rangkaian acara diadakan secara virtual. Sekjen Ainun mengaku optimis terhadap antusiasme siswa tersebut karena adanya indikasi tingginya minat dan keingintahuan generasi muda akan sejarah bangsa. “Animo pelajar hingga 4000 lebih semakin membuat optimis mengenai perkembangan Negara ke depan karena tergantung kepada para generasi muda, jumlah ini indikasi akan tingginya minat dan keingintahuan mereka akan sejarah Indonesia sebagai bangsa sendiri” jelasnya.
Ka Puspeka Kemendikbud, Hendarman, mengakui adanya lonjakan jumlah peserta Tapak Tilas dari target awal. “Kami menargetkan Jumlah peserta tadinya hanya dibatasi sejumlah 4000 siswa karena situasi Pandemi, kemudian membludak hingga 4.850 siswa dari pelajar hingga mahasiswa,” ujar Hendarman.
Ainun berpendapat masih perlunya pendekatan-pendekatan khusus untuk meningkatkan ketertarikan dan minat masyarakat Indonesia, khususnya para siswa untuk mengunjungi museum. Sehingga, para siswa dapat lebih memahami dan menghayati berbagai sejarah Indonesia yang ditampilkan di museum.
“Kita ketahui bahwa museum dan hal terkait sejarah mungkin masih perlu kita sosialisasikan di masyarakat kita sehingga masyarakat tertarik untuk mengunjungi dan menghayati apa yang ada di sejarah museum,” ujar Sekjen Ainun.
Kolaborasi Pemuda
Bukan cuma cinta tanah air, pembelajaran kolaborasi bagi siswa dapat ditemui saat momentum peringatan Sumpah Pemuda. Karakter ini menjadi penunjang bagi para generasi muda untuk saling melepaskan atribut dan kepentingan golongan dan memilih bersatu untuk membangun Indonesia. Sehingga, sebagai penerus bangsa, para siswa dapat menjadi agen perubahan yang tetap dapat mempertahankan jati diri Indonesia.
Saat menyapa para peserta Tapak Tilas, Sesjen Kemendikbud, Ainun Na’im mengungkapkan pemuda-pemudi masa kini merupakan agen perubahan, yang tetap harus mempertahankan budaya luhur bangsa. Oleh karena itu, lanjutnya, Sumpah Pemuda merupakan momentum bagi pemuda-pemudi Indonesia untuk belajar ketika para pemuda melepaskan segala atribut dan kepentingan golongan demi mempersatukan dan mengubah nasib negerinya.
Pegiat komunitas sejarah, Asep Kambali, mengungkapkan kolaborasi telah menjadi bagian dari karakter pemuda Indonesia. Hal itu ditunjukkan dari temuan sejarah Indonesia yang menunjukkan praktik baik kolaborasi pemuda saat sebelum hingga sesudah masa pergerakan kemerdekaan.
“Karakter kolaborasi di kalangan pemuda muncul dengan adanya kesadaran terjajah,” jelasnya. Dia mencontohkan ketika para pemuda Indonesia yang tergabung ke dalam Organisasi Budi Utomo saling bekerjasama memberikan bantuan untuk melanjutkan pendidikan bagi para pemuda yang terbatas secara ekonomi. “Perasaan terjajah dimulai di tahun 1900 ketika para pemuda Indonesia yang mendapatkan kesempatan pendidikan membentuk organisasi dan membentuk bantuan bagi orang muda yang tidak berkemampuan secara ekonomi,” jelasnya saat memberikan materi Sejarah Pergerakan Pemuda kepada para peserta Tapak Tilas.
Saat itu, menurutnya, Organisasi Budi Utomo menjadi crowdfunding pertama untuk membantu anak-anak muda Indonesia sebelum masa pergerakan kemerdekaan bersekolah atau memperoleh pendidikan. “Disinilah Momentum pergerakan 1908 itu sebagai hari kebangkitan nasional,” jelasnya.
Puncaknya, dia melanjutkan, Sumpah Pemuda menjadi wujud kolaborasi Pemuda di bidang pendidikan dengan wadah kongres pemuda dari berbagai daerah di Indonesia. “Sumpah Pemuda bentuk dan upaya dari generasi muda dengan duduk bersama membahas upaya kemerdekaan dan pembangunan pasca kemerdekaan,” jelasnya.
Sekjen Ainun berpesan untuk dapat semakin mencintai sejarah dan mengingat kembali akan pengorbanan pejuang bangsa sebagai bagian dalam memahami pentingnya Pancasila dalam kebhinekaan global. “Teruslah menjadi pelajar sepanjang hayat agar memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan tidak lupa akan nilai dan akar luhur budaya bangsa.”
Harapannya, semoga seluruh peserta “Tapak Tilas Sejarah Pergerakan Kemerdekaan Indonesia” ini dapat menjadi Pelajar Pancasila yang berketuhanan dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, memiliki jiwa gotong royong, dan kebinekaan global.
Sumber: kemdikbud.go.id