Srawung Seni Segoro Gunung Sangiran tahun 2015 mengangkat tema “Sadranan Agung Sri Tandur” yang di laksanakan pada Hari Minggu, 29 November 2015. Acara ini mengambil tempat di halaman parkir Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Berbagai kesenian ditampilkan untuk memeriahkan suasana sekaligus memperkenalkan budaya kepada pengunjung. Kesenian yang ditampilkan berupa kesenian lokal yang ada di Sangiran dan sekitarnya maupun dari seniman mancanegara.
Bupati Sragen, Agus Faturrahman dalam sambutannya mengungkapkan bahwa dengan pelaksanaan Srawung Seni Segoro Gunung tahun ini bertujuan untuk mendorong kebudayaan lokal untuk hidup dan menjadi penghidupan bagi pelakunya-artis dan seniman. Kebudayaan lokal dengan bakat yang didukung dengan pengetahuan akan mampu menghidupi para pelakunya. Untuk mendorong itu, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta diajak untuk ikut terlibat. Setelah memberi sambutan, Bupati Sragen membuka secara resmi Srawung Seni Segoro Gunung Sadranan Agung Sri Tandur dengan memukul kentongan.
Kesenian yang dipentaskan di acara Srawung Seni Segoro Gunung Sadranan Agung Sri Tandur dari seniman lokal Sangiran dan sekitarnya, Solo serta mancanegara. Para seniman membawakan berbagai karyanya dengan ciri khas masing-masing. Karya itu berupa teater, tari, puisi, karawitan, kethoprak, wayang dan berbagai kesenian daerah serta karnaval hasil workshop Flora Purba dan Red Batik.
Kemeriahan acara Srawung Seni Segoro Gunung Sadranan Agung Sri Tandur diadakan sejak pagi hingga sore hari dengan berbagai atraksi mulai dari teater, tari, puisi, karnaval batik serta berbagai kesenian daerah. Pada malam hari, pengunjung disuguhkan karawitan yang puncaknya adalah wayang semalam suntuk. Berbagai kegiatan tersebut terekam oleh lensa kamera:
Srawung Seni Segoro Gunung Sadranan Agung Sri Tandur diharap mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sangiran dan masyarakat sekitar mampu meraih manfaatnya. Dengan meningkatnya kunjungan masyarakat sekitar harus mampu kreatif dan tidak melupakan kesenian daerah yang dapat memperkaya khazanah kebudayaan daerah. Bagi pengunjung dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tidak hanya pada hal pengetahuan pra sejarah saja tetapi juga pengetahuan tentang budaya lokal di yang hidup dan berkembang di sekitar Sangiran. (wiwit hermanto)
