“Si Popo” Kembali ke Rumahnya

0
478

Sebuah even internasional lainnya yang juga mewarnai peresmian Museum Manusia Purba Sangiran, adalah penyerahan rekonstruksi sebuah rangka seekor kuda air jenis Hexaprotodon sivalensis dari Pemerintah Perancis untuk Museum Sangiran. Rekonstruksi ini diserahkan oleh Direktur Institut Français Indonesia, Dr. Bertrand de Hartingh, mewakili Duta Besar Perancis untuk Indonesia (yang saat itu belum datang pejabat definitifnya di Jakarta), kepada Prof. Wiendu Nuryanti, Ph.D.  Sisa-sisa spesies ini sangat luar biasa karena ditemukan lebih dari 80 %, yang kemudian direkonstruksi oleh para spesialis Indonesia dan Perancis, dengan sepenuhnya didanai oleh Pemerintah Perancis. Ditemukan dalam kerja sama penggalian antara Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Muséum National d’Histoire Naturelle, Paris, di Bukuran-Sangiran pada tahun 1989, sebanyak 109 tulang-tulang kuda air ini terbalut pekat dalam endapan lempung hitam Formasi Pucangan berusia 1.2 juta tahun, ketika saat itu Sangiran masih merupakan lansekap rawa. Dia hidup dalam rawa di antara hutan bakau, berdampingan dengan berbagai mamalia lainnya seperti gajah purba jenis Mastodon sp., kura-kura raksasa Geocelon, Bovidae, Cervidae, dan tentu saja, manusia purba Sangiran yang paling primitif, Homo erectus arkaik. Temuan ini dipublikasikan ke dunia internasional pertama kali oleh Harry Widianto pada tahun 1991 di Frankfurt, Jerman,  dalam seminar bertema : “A Hundred Years of Pithecanthropus”.

Selengkapnya silahkan klik disini