Tradisi yang masih dilaksanakan oleh masyarakat di lingkungan dalam situs Sangiran sangat beragam, salah satunya sedekah desa. Tradisi ini diadakan setahun sekali, biasanya setelah panen padi ke dua. Untuk tahun ini dilaksanakan pada penanggalan Jawa 11 Pahing Dzulqaidah atau 15 Agustus 2016. Sedekah desa dipusatkan di rumah tetua dusun dalam hal ini Pak Bayan Warsono. Tradisi ini melibatkan dua dusun yaitu Ngampon dan Krikilan yang lokasinya dekat dengan museum Sangiran Klater Krikilan. Tujuannya sebagai wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan terhadap warga. Prosesi dimulai dengan mengumpulkan kenduri yang diletakkan di encek, wadah yang terbuat dari gedebog pisang yang dilapisi daun pisang yang diisi dengan berbagai makanan, seperti nasi dan ingkung ayam, gudangan, lauk lain dan buah-buahan. Setelah semua terkumpul, kenduri tersebut diikrarkan atau didoakan oleh seorang ustadz untuk kemudian sebagian diberikan ke Kepala Desa, Carik, RT yang menghadiri, dan selebihnya dibagikan ke masyarakat, sebagian lagi diletakkan di tempat yang dianggap wingit. Tradisi ini menggunakan nilai-nilai Islami dengan adanya doa-doa selama prosesi berlangsung, tetapi selain itu juga masih meneruskan tradisi nenek moyang dengan masih dipakainya kembang 7 (tujuh) rupa dan kemenyan khusus untuk kenduri yang diletakkan di tempat wingit. Budaya Jawa juga sangat kental karena sebagian besar prosesi menggunakan bahasa Jawa. Peserta yang masih memegang tradisi ini sekitar 100 keluarga yang berasal dari dua dusun. Sedekah desa biasanya dilakukan masyarakat agraris yang sebagian besar warganya berprofesi sebagai petani, seperti halnya di dusun Ngampon. (Duwiningsih)