Sartono Sastromidjojo

0
1640

Terlahir dengan nama Sartono Sastromidjojo, pria kelahiran Madiun tahun 1928 ini adalah pakar geologi terkemuka di Indonesia. Berkarir sebagai pendidik, ia pernah mengajar di Departemen Geologi Teknologi Bandung merangkap sebagai tenaga ahli pada Direktorat Geologi. Tahun 1958 Sartono mendapatkan gelar Doktor, sebelum dikukuhkan menjadi Guru Besar Fakultas llmu Pasti dan llmu Alam, ITB.

Sejak tahun 1960-an, Sartono mulai terlibat aktif dalam penelitian di Sangiran bersama T. Jacob dan R.P. Soejono. Dia meneliti dan melaporkan berbagai temuan fosil Homo erectus dari Sangiran, diantaranya adalah specimen Sangiran 9 yang ditemukan pada Fomasi Pucangan di Desa Mlandingan dan Sangiran 10 yang ditemukan di Desa Tanjung, dekat Sungai Cemoro.

Pada tahun 1969, Towikromo, warga Desa Pucung menemukan fosil tengkorak dari lapisan Kabuh. Temuan ini diserahkan sendiri kepada Prof. Sartono dan menjadi temuan terbaik dari Sangiran, nantinya dikenal dengan sebutan Sangiran 17.

Tiga tahun setelahnya, Sartono menerbitkan temuan tersebut dalam sebuah jurnal ilmiah dengan judul Discovery of Another Hominid Skull ot Sangiran, Central Java (1972). Sepanjang kurun keterlibatannya sebagai peneliti di Sangiran, minat Sartono terhadap kajian geologi kuarter dan manusia purba kian bertambah. Hal itu ditunjukkannya melalui berbagai karya ilmiah yang ditulisnya, seperti Stratigrafi Kwarter Daerah Sangiran dan Simo (Jawa Tengah) dan Dating of Pleistocene Man of Java. Tulisannya memberi kontribusi cukup penting bagi penelitian Zaman Kuarter di Indonesia.

Sumber: Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan