Sangiran Sebagai Sumber Belajar Masa Praaksara di Indonesia (Bagian 2)

0
785
Gambar 1. Lokasi temuan fosil dan singkapan lingkungan purba di Museum Lapangan Manyarejo sebagai sumber belajar tentang evolusi lingkungan dan fauna (Sumber: Museum Lapangan Manyarejo)

2. Penggunaan Situs dan Museum Sangiran sebagai sumber belajar sejarah masa praaksara di Indonesia

Potensi sumber daya manusia dan sumber daya budaya Sangiran sangat besar. Pemanfaatannya dapat menunjang pencapaian kurikulum. Simbiosis mutualisme antara Sangiran dan sekolah dapat dikembangkan melalui kerjasama yang lebih strategis untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu mencerdaskan bangsa dan memajukan kebudayaan. Dalam pembelajaran, Situs dan Museum Manusia Purba Sangiran merupakan salah satu tempat yang cukup ideal, menarik, dan informatif sebagai sumber informasi kesejarahan. Hal ini disebabkan dalam Situs dan Museum Manusia Purba Sangiran terdapat banyak benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi pelajar.

Situs dan Museum Manusia Purba Sangiran dapat digunakan sebagai media pembelajaran dengan menyesuaikan materi pelajaran, khususnya materi mata pelajaran IPS dan sejarah. Di SMP, materi tentang zaman praaksara diajarkan pada kelas VII semester II, dengan kompetensi dasar (1) Memahami kronologi perubahan, dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada aspek politik, sosial, budaya, geografis, dan pendidikan sejak masa praaksara sampai masa Hindu-Buddha dan Islam, dan (2) Menguraikan kronologi perubahan, dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada aspek politik, sosial, budaya, geografis, dan pendidikan sejak masa praaksara sampai masa Hindu-Buddha dan Islam (Setiawan, dkk., 2016: 191-197). Khusus materi masa praaksara untuk tingkat SMP/sederajat, muatan mata pelajaran IPS SMP mencakup mengenal masa praaksara, periodisasi masa praaksara, nilai-nilai budaya masa praaksara di Indonesia, dan nenek moyang Bangsa Indonesia.

Untuk SMA/sederajat, zaman praaksara dimasukkan dalam materi kelas X semester 1 dengan kompetensi dasar yang terkait adalah (1) Menganalisis asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia Melanosoid, Proto, Deutero, dan Melayu, dan (2) Memahami hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat. Muatan pelajaran sejarah masa praaksara di SMA tercakup dalam 1 (satu) bab dengan tema pembelajaran menelusuri tentang peradaban awal di Kepulauan Indonesia. Bab ini meliputi sebelum mengenal tulisan, terbentuknya kepulauan Indonesia, mengenal manusia purba, asal usul persebaran nenek moyang Bangsa Indonesia, corak hunian, dan perkembangan teknologi masa praaksara (Gunawan, dkk., 2016: 1-7). Muatan materi mata pelajaran IPS SMP dan sejarah SMA ini dapat menggunakan Situs dan Museum Manusia Purba Sangiran sebagai bagian dari pembelajaran masa praaksara di Indonesia, khususnya terkait pengetahuan manusia purba, budaya, dan lingkungannya.

Situs dan Museum Manusia Purba Sangiran dapat mendukung konstekstualisasi pembelajaran IPS dan Sejarah, khususnya materi praaksara. Kontekstualisasi pembelajaran pada mata pelajaran IPS dan Sejarah yaitu suatu cara yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran IPS dan sejarah yang dikaitkan dengan masa kini dan bersifat kontekstual. Ada beberapa cara dalam melakukan kontekstualisasi mata pelajaran IPS dan Sejarah, khususnya terkait materi masa praaksara yaitu:

  1. Pemanfaatan lingkungan dan tinggalan arkeologis di Sangiran sebagai sumber belajar

Kontekstualisasi pembelajaran IPS dan Sejarah materi masa praaksara dengan pemanfaatan lingkungan dan tinggalan arkeologis yaitu dengan menggunakan sumber-sumber belajar sejarah dan arkeologi yang ada di lingkungan Situs Sangiran, seperti singkapan lapisan tanah purba yang berusia jutaan hingga ratusan ribu tahun yang lalu, lokasi temuan fosil, atau lingkungan alam yang ada di sekitar Situs Sangiran dan memiliki keterkaitan dengan materi sejarah yang dipelajari.

Lingkungan purba dapat pula menunjukkan adanya kehidupan di masa lalu yang terkait dengan masa sekarang. Misalnya perubahan lingkungan di Sangiran dan dampaknya terhadap kehidupan manusia maupun faunanya. Bahkan juga dari perubahan lingkungan tersebut dapat dilihat bagaimana masyarakat masa lalu berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan alam yang dapat dikaitkan dengan pelestarian lingkungan pada masa sekarang.

  • Pemanfaatan teknologi informasi tentang masa praaksara yang tersedia di Sangiran

Pemanfaatan teknologi informasi merupakan salah satu cara yang dilakukan agar pembelajaran IPS dan Sejarah menjadi kontekstual dan menarik. Teknologi informasi yang tersedia di Sangiran berupa film tentang manusia purba dan lingkungan Situs Sangiran, perpustakaan digital, teknologi layar sentuh dan hologram tentang manusia purba, fauna, budaya, dan lingkungannya. Penggunaan teknologi informasi akan menjadi kontekstual dengan menampilkan materi praaksara menjadi hidup, seolah-olah hadir pada saat ini dan tidak terjebak pada pengolahan materi yang bersifat verbalistik seperti metode ceramah.

 Salah satu keunggulan atau nilai lebih Sangiran sebagai media pembelajaran materi praaksara adalah beragamnya media yang tersedia untuk menjelaskan suatu peristiwa masa lampau. Hal ini memberikan berbagai kemudahan bagi pelajar dalam memahami benda-benda peninggalan masa lampau yang tertulis dalam buku pelajaran IPS maupun sejarah. Kemudahan yang diperoleh pelajar adalah karena di Sangiran telah disediakan berbagai media yang banyak memberikan informasi. Media tersebut dapat berupa model, realita, tabel, poster, sistem multimedia elektronik, bahkan lokasi temuan benda-benda peninggalan masa praaksara.

Gambar 2. Teknologi interaktif video mapping tentang Lapisan tanah Purba Sangiran (Sumber: Museum Klaster Krikilan)
Gambar 3. Replika berbagai tengkorak manusia purba di Museum Klaster Bukuran sebagai bahan pembelajaran sejarah manusia purba (Sumber: Museum Klaster Bukuran)

Di Sangiran, media yang dijadikan sumber belajar dapat berupa sumber primer dan sekunder. Sumber primer merupakan benda peninggalan atau jejak-jejak kehidupan, meliputi fosil, artefak, dan ekofak. Sumber primer ini disediakan dalam wujud asli atau replika, seperti fosil manusia purba (replika), fosil fauna purba (asli), artefak budaya manusia purba (asli), singkapan lapisan tanah purba, dan museum lapangan. Sedangkan gambar atau foto, diorama manusia purba, aktivitas, dan lingkungannya, serta penjelasannya dalam sistem multimedia berbentuk media audiovisual merupakan sumber sekunder yang dapat mendukung pembelajaran masa praaksara.

Materi praaksara di SMP dan SMA, khususnya tentang manusia purba, budaya, dan lingkungannya juga menjelaskan tentang kemunculan, perkembangan, dan persebaran manusia purba dan budayanya. Pada materi ini, penekanan dilakukan pada “manusia-manusia” pertama yang ditemukan, khususnya di Indonesia, sampai pada persebaran dan hasil budayanya. Media yang tersedia di Sangiran, yang dapat menjelaskan materi ini berupa:

  1. Model dari kerangka temuan manusia purba, berupa replika fosil maupun diorama manusia purba, aktivitas, dan lingkungannya.
  2. Bagan dan peta tentang proses perubahan dan persebaran manusia, termasuk manusia purba dan fosilnya.
  3. Poster yang menjelaskan tentang evolusi manusia beserta teori-teorinya.
  4. Koleksi artefak berupa alat batu dan alat tulang peninggalan manusia purba.
  5. Media berupa film maupun layar sentuh (touchscreen) tentang perkembangan manusia purba.
  6. Singkapan tanah purba dan monumen temuan fosil sebagai penanda atau bukti jejak keberadaan manusia masa lampau dan perubahan lingkungannya.

 Pemanfaatan Situs dan Museum Sangiran sebagai media pembelajaran dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman pelajar terhadap materi zaman praaksara. (M. Mujibur Rohman