SANGIRAN DAN TRINIL, POTENSI ARKEOLOGI YANG BEGITU BESAR

0
5681

Upaya pelestarian Cagar Budaya yang memerlukan keterlibatan berbagai pihak, pemerintah, maupun masyarakat. Upaya ini diawali dengan kesadaran masyarakat tentang keberadaan Cagar Budaya disekitarnya kemudian menumbuhkan rasa cinta dan memiliki sehingga mau melestarikan Cagar Budaya tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam upaya pelestarian Cagar Budaya tertulis dalam UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Masyarakat diharapkan turut berpartisipasi dalam upaya pelestarian Cagar Budaya tersebut. Untuk memberi kesadaran terhadap pelestarian Cagar Budaya, BPSMP Sangiran melaksanakan kegiatan sosialisasi dan penyebaran informasi kepada masyarakat maupun pihak akademisi.

Sosialisasi dan penyebaran informasi dilaksanakan BPSMP Sangiran mengambil lokasi di Museum Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada hari Rabu, 27 April 2016. Sebelum pelaksanaan, acara, tim sosialisasi dan penyebaran informasi melakukan koordinasi dengan pihak terkait seperti Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ngawi dan pihak Museum Trinil. Koordinasi yang dilakukan membahas persiapan acara sosialisasi dan penyebaran informasi agar acara dapat berjalan sesuai dengan rencana.

Kegiatan ini membawa tujuan untuk memberikan informasi potensi purbakala dan pentingnya upaya pelestarian yang ada di Sangiran dan Trinil. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan masyarakat menyadari pentingnya keberadaan Cagar Budaya dan berpartisipasi dalam upaya pelestariannya. Acara tersebut mengundang 100 (seratus orang) peserta dari unsur pemangku kepentingan seperti Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ngawi, Akademisi (Siswa dan guru SMA 1 Kedunggalar) Museum Trinil, Tokoh Masyarakat, Muspika Kecamatan Kedunggalar (Polsek Kedunggalar, Koramil Kedunggalar) dan Kepala Desa Kawu.

Dalam sambutannya, Sukronedi, S.Si, M.A. Kepala BPSMP Sangiran mengungkapkan bahwa penemuan manusia purba pertama di Trinil oleh Eugene Dubois merupakan suatu tonggak bersejarah dalam menjawab pertanyaan tentang manusia purba. Pencarian Missing Link yang banyak menimbulkan kontroversi ditemukan di Trinil ini tahun 1891. Temuan ini dilanjutkan dengan penemuan fosil manusia purba di Sangiran oleh von Koenigswald yang mengawali penelitiannya pada tahun 1934. Jika diambil dari kisah sejarah tersebut, Trinil menjadi satu bagian penting dalam penemuan manusia purba yang mampu menjawab Missing Link. Situs Sangiran yang sejak tahun 1996 diakui sebagai World Heritage karena mampu menyajikan kisah tentang evolusi manusia, fauna, lingkungan dan budaya. Semoga kemajuan yang diraih Sangiran dapat menjadi cambuk bagi kemajuan Situs Trinil ke depan.

trinil

Acara ini mengangkat berbagai tema presentasi, yaitu Kebijakan Pemerintah Kabupaten Ngawi dalam Pelestarian Kebudayaan, Pengelolaan Situs Sangiran, UU No. 11 Tahun 2010 serta Penanganan dan Konservasi Temuan Fosil dan Potensi Situs Trinil. Dengan materi ini diharap dapat menggugah masyarakat sebagai orang yang berada di sekitar Situs dan Museum Trinil. Bagi Pemerintah Daerah Ngawi, diharapkan dapat menjadi sebuah semangat dalam bergerak dalam memajukan Situs Trinil dengan potensinya yang begitu besar. (Wiwit Hermanto)