Daerah Bumiayu — Brebes, telah terkenal di kalangan ilmiah sejak tahun 1920-an. Gema ilmiah tentang Bumiayu dimulai ketika peneliti-peneliti terkenal Belanda H.G. Stehlin, Dr. F.H. Van der Maarel dan Dr. Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald menemukan fosil Geochelon (Kura-kura) dan Sinomastodon (Gajah) berusia 2 juta tahun pada kurun waktu 1920-1930. Sekitar setengah abad kemudian (1980-an), Prof. F. Semah, G.J. Barstra, dan Truman Simanjuntak melakukan penelitian bersama dan melakukan pertanggalan dengan metode paleomagnetism. Dan aktivitas ilmiah di Bumiayu terakhir dilakukan oleh Prof. Dr. Harry Widianto pada tahun 2019.
Penelitian terakhir ini erat kaitannya dengan geliat warga Bumiayu yang memiliki perhatian dan kesadaran tentang tinggalan-tinggalan di daerahnya dan berkeinginan kuat untuk melestarikan tinggalan-tinggalan tersebut. Pada akhir 2013, H. Rafli Rizal, seorang warga Bumiayu, tertarik dengan fosil-fosil fauna tersebut setelah anaknya, Wildan, menimba ilmu tentang Geologi di Yogyakarta. Berbekal pengetahuan seadanya, Rizal meminta Karsono Haryo S, seorang kenalannya yang juga warga Bumiayu, untuk mengecek temuan fosil hewan di sekitar lokasi penelitian Van der Maarel-Von Koenigswald. Salah satu fosil yang ditemukan di lokasi tersebut adalah fosil gigi hewan yang kemudian dibawa oleh Wildan ke Yogyakarta dan diteliti oleh ahli-ahli fosil dan geolog di kampusnya. Hasilnya cukup menggembirakan Rizal. Spesimen gigi fauna tersebut adalah milik individu gajah jenis Elephas yang hidup sekitar 1 juta tahun silam.
“Penelitian” berlanjut, dan fosil-fosil fauna terhimpun dalam jumlah besar. Rafli Rizal kemudian menginisiasi pendirian Kelompok Pelestari Fosil dan Benda Purbakala Buton (singkatan dari Bumiayu-Tonjong, dua kecamatan di mana ditemukan fosil dan benda purbakala lainnya di Bumiayu). Kelompok yang mewadahi beberapa warga yang peduli dengan keberadaan fosil dan benda purbakala lainnya di 2 (dua) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Bumiayu dan Tonjong pada tahun 2015.
Di tahun yang sama komunitas ini mengikuti pameran di Bumiayu Fair untuk menyajikan informasi kepada masyarakat mengenai “penemuan-penemuan” mereka. Pameran ini banyak menarik perhatian masyarakat, tidak terkecuali Bupati Brebes, Hj. Idza Priyanti yang berkunjung dan menyaksikan fosil-fosil di stan Rizal dan komunitasnya.
Tidak berhenti di situ, Rafli Rizal dan komunitasnya terus berkembang. Pada tahun 2016, dengan dana pribadi, Rafli Rizal membangun sebuah museum kecil di samping garasi rumah pribadinya. Museum itu diberi nama Museum Buton. Fosil-fosil ditata dan dikelompokkan di rak dan etalase serta dilengkapi dengan poster-poster berisi informasi kepurbakalaan mengenai temuan fosil untuk edukasi bagi pengunjung museum.
Di Museum Buton ini, Rizal dan komunitasnya memberikan edukasi dan informasi kepada pengunjung yang datang. Tidak hanya dari kalangan pelajar dan siswa, museum ini dikunjungi pula oleh peneliti-peneliti dari dalam dan luar negeri serta dari berbagai instansi purbakala. Kegiatan pendampingan ke lapangan juga dilakukan Rizal dan komunitasnya manakala peneliti membutuhkan bantuan informasi terkait lokasi temuan fosil maupun benda purbakala di Bumiayu-Tonjong. Rafli Rizal dan komunitasnya juga pernah menggagas kegiatan jelajah alam purba bekerjasama dengan salah satu sekolah di Bumiayu. Keberadaan Rizal dan komunitasnya menjadi penting karena mereka secara aktif melakukan koordinasi serta melaporkan temuan fosil dan benda purbakala di Bumiayu-Tonjong kepada instansi purbakala terkait.
Balai Arkeologi Yogyakarta telah melakukan pendataan koleksi dan identifikasi temuan-temuan tersebut. Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah juga telah melakukan pencatatan terhadap temuan-temuan non-fosil. Dan tidak ketinggalan, BPSMP Sangiran juga mengadakan rangkaian kegiatan pelestarian di Bumiayu secara umum dan Museum Buton secara khusus. Ekskavasi penyelamatan temuan Sinomastodon, survei, pendataan dan konservasi fosil, workshop konservasi fosil, serta bantuan teknis penataan display koleksi sejak tahun 2016 hingga 2020.
Guna mewujudkan angan membangun museum yang memadai, setidaknya bertaraf nasional, Rizal dan timnya sudah berusaha meminta bantuan berbagai pihak yang berwenang. Dalam kaitan itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunjungi museum itu dan berjanji akan membantu. Namun, Pemerintah Kabupaten Brebes akan merealisasikan pembangunan sebuah museum sebagai representasi kepurbakaalan Bumiayu dengan menganggarkan pembangunan tersebut pada tahun 2020.