Dan inilah perlapisan tanah tua itu, berselang-seling antara pasir, kerikil, kerakal, dan tufa abu volkanik. Struktur perlapisannya menunjukkan pola silang-siur (cross-bedding), satu perlapisan memotong perlapisan yang lain. Materi perlapisan yang demikian tersebut jelas merupakan materi volkanik, yang dulunya diendapkan oleh air sesaat setelah dimuntahkan dari letusan gunung api, sehingga merupakan endapan volkanik yang bersifat fluviatil. Lapisan tufa sering dijumpai cukup tebal, dengan variasi ketebalan antara 4-0.5 meter. Dalam bentang fisiografi dan litologi endapan purba di Pulau Jawa, karakter perlapisan seperti ini umum dikenal sebagai satuan pasir fluvio-volkanik anggota litologi Formasi Kabuh, yang diendapkan di jajaran Pegunungan Kendeng selama Kala Plestosen Tengah antara 730.000 hingga 200.000 tahun yang lalu. Lapisan seperti ini mendominasi Situs Sangiran, Trinil, Kedungbrubus, maupun Bringin, dan sangat jamak dengan perlapisan Homo erectus tipik dan Fauna Trinil yang sangat raya dengan jenis spesiesnya. Dalam kasus perlapisan Formasi Kabuh di tebing Bengawan Solo di Trinil ini, awalnya merupakan endapan kontinental Formasi Kabuh seperti situs-situs lainnya yang menjadi dasar sungai, dan kemudian terangkat dan ditoreh oleh arus sungai. Maka jadilah tebing sungai seperti yang sekarang terlihat.
Selengkapnya silahkan klik disini