Peningkatan Pengetahuan dan Wawasan SD Pangudi Luhur Surakarta di Sangiran

0
477

Sangiran sebagai obyek wisata sekaligus edukasi menjadi salah satu tujuan siswa-siswa sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang juga dapat menumbuhkan kecintaan siswa terhadap kekayaan cagar budaya milik bangsa. Hal ini yang menjadikan Guru-guru SD Pangudi Luhur Surakarta mengajak para siswa kelas III dan IV melakukan pembelajaran luar sekolah ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan dan Klaster Dayu pada hari Kamis 12 Oktober 2017.

Rombongan ini berjumlah 373 peserta terdiri dari 349 orang siswa dengan 24 orang guru pendamping. Pagi yang indah di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan membawa para siswa bersemangat dan tak jarang berteriak kegirangan merasakan angin segar yang ada disekitarnya. Di setiap ruang pamer, para siswa mengajukan banyak pertanyaan pada pemandu yang mendampingi kunjungan di ruang pamer museum.

“Apa saja yang ada di ruang ini?”

“Apa nama ruang ini?”

“Mengapa gajah bisa sebesar itu?”

“Kenapa manusia purba ada di Sangiran?”

Itulah beberapa pertanyaan polos yang terlontar dari para siswa yang dengan semangat menyaksikan kebesaran Sangiran yang ditampilkan di museumnya. Sambil mencatat, menyaksikan koleksi, mendengarkan penjelasan pemandu dan bertanya, mereka menyerap informasi yang didapatkan. Pemandu memberi informasi dengan bahasa yang mudah dipahami anak seusia itu. Tak jarang pemandu kewalahan dengan pertanyaan yang diajukan bersamaan karena rasa penasaran yang ada dalam diri mereka.

Penasaran itu terjawab tidak hanya melalui keterangan pemandu dan koleksi di ruang pamer saja, rombongan juga mendapatkan penjelasan dari presentasi yang dibawakan dengan gaya anak seusia mereka, tanya jawab serta film tentang Sangiran. Salah seorang guru mengaku, “Anak-anak diharap mampu mengetahui apa yang ada di museum, belajar dari itu dan mencintai budaya yang kita miliki”.

Kecintaa terhadap cagar budaya yang kita miliki tidak datang dengan sendirinya tapi diawali dengan mengetahui, mengenal dan memahami makna yang ada di cagar budaya. Setelah itu datang kecintaan pada cagar budaya yang berimbas pada turut serta dalam pelestariannya. (Wiwit Hermanto)