Pada tahun 1934, Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald menemukan alat-alat serpih kalsedon di perbukitan tandus di Desa Ngebung, bagian barat laut Kubah Sangiran. Berbekal penelitian van Es, Koenigswald mencermati endapan-endapan purba Sangiran, hingga dia menemukan alat-alat paleolitik non-masif itu di Ngebung. “Ini adalah alat serpih perkakas manusia purba. Di sini –suatu saat nanti—akan ditemukan fosil manusia purba sang pemilik alat-alat serpih ini”, ujarnya di siang yang panas. Alat-alat serpih berwarna kuning kemerahan dari batuan kalsedon yang ditemukan di permukaan tanah itu sangat khas ukuran dan tenologinya, yang kelak di kemudian hari menjadi sangat terkenal dengan sebutan “Sangiran Flake-industry”, alat serpih Sangiran.
Dalam penelitiannya, von Koenigswald melibatkan masyarakat yang sangat mengenal lingkungan sekitar mereka yang kaya akan temuan fosil dan artefak. Kegiatan penelitian yang dilakukan von Koenigswald ini berakibat pada perubahan masyarakat yaitu berubahnya cara pandang masyarakat terhadap fosil. Fosil sebagai benda mistis sudah mulai beralih ke benda yang dapat membantu penelitian Koenigswald.
Situs Trinil menjadi dikenal para ilmuwan ketika ditemukan atap tengkorak dan tulang paha Homo erectus pada tahun 1891 oleh Eugene Dubois. Inilah temuan missing-link yang mendunia yang terletak di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Situs Trinil merupakan kawasan di lembah Bengawan Solo yang menjadi hunian kehidupan purba.
Dubois adalah ilmuwan pertama yang berfokus pada penelitian fosil hominid di Indonesia. Dalam risalah ilmiah atas temuan Trinil, ia menyebut Manusia Jawa sebagai matarantai penting dalam proses evolusi manusia: the missing link, yang sangat mungkin berasal dari kala Plestosen Bawah atau bahkan Pliosen Atas.
Kisah masa lalu itu sangat menarik untuk diceritakan kembali dalam sebuah pameran virtual yang akan disajikan untuk publik. Untuk dapat menceritakan kisah tersebut untuk ditayangkan dalam gelaran pameran virtual, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran melalui tim Pengumpulan Data Pembuatan Konten Pameran Virtual Jejak Awal Fosil Homo erectus di Trinil-Sangiran.
Pengumpulan data dilakukan oleh tim ini selama 5 hari sejak 6-10 Juni 2022 di Museum Trinil. “Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk pengumpulan data yang bertujuan untuk pameran virtual yang akan ditayangkan di media sosial atau website”, terang Muhammad Mujibur Rohman, Pamong Budaya Ahli Pertama.
Pengambilan gambar dan pengumpulan data dilakukan guna melengkapi berbagai data yang diperlukan untuk disajikan pada pameran virtual. “Pameran virtual ini diharap mampu memberikan berbagai informasi mengenai Sangiran dan Trinil secara singkat”, pungkas Mujib. (Wiwit Hermanto)