Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Kalijambe melaksanakan pembelajaran luar kelas di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan pada hari Kamis, 21 Januari 2022. Pembelajaran luar kelas ini merupakan bagian dari implementasi P5BK kelas X bagian Kearifan Lokal.
Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran selaku pengelola Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan memberikan edukasi pada para siswa dan guru pendamping sejumlah 249 orang. Edukasi yang diberikan dengan menyaksikan film, diskusi, dan tanya jawab antara para peserta dengan pendamping dari BPSMP Sangiran.
Film yang disaksikan berjudul “Sangiran Menjawab Dunia” bercerita tentang Situs Sangiran yang merupakan sebuah kompleks situs manusia purba. Situs Sangiran merupakan situs manusai purba Kala Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di dunia. Terdapat lebih dari 50% temuan Homo erectus didunia merupakan sumbangan dari situs ini.
Situs Sangiran mampu memberikan berbagai pengetahuan untuk membuka misteri kehidupan masa lalu kala Pleistosen. Hal ini terlihat jelas dengan lapisan-lapisan tanah yang ada di Situs Sangiran, saksi dari kehidupan manusia purba tipe Homo erectus yang berhasil menciptakan alat dan budaya. Manusia purba tipe Homo erectus ini hidup di tengah-tengah hewan purba.
Lebih lanjut dikisahkan tentang lapisan tanah di Situs Sangiran yang tersusun oleh lapisan tanah berumur lebih dari 2,4 juta tahun lalu hingga sekarang yang diendapkan secara tidak terputus. Berawal dari lingkungan laut, berangsur-angsur menjadi lingkungan transisi, lingkungan rawa, dan akhirnya menjadi lingkungan darat seperti sekarang ini. Informasi perubahan lingkungan pengendapan tersebut diperoleh dengan mencermati lapisan-lapisan tanah beserta fosilnya, karena setiap lapisan tanah dan fosilnya menyimpan informasi yang berbeda mengenai lingkungan pengendapannya pada saat itu.
Perubahan lingkungan yang terjadi lebih dari 2,4 juta tahun yang lalu masih tampak di situs ini, mampu bercerita tentang kisah masa lalu. Di tengah situs ini, masih ditinggali oleh masyarakat yang diajak berperan melestarikan Situs Sangiran. Situs ini memiliki berbagai warna dengan adanya masyarakat yang bermukim di tengahnya.
Berbagai aktifitas masyarakat diharap mampu memberi warna bagi situs ini, menciptakan keharmonisan antara alam dengan manusia di tengahnya. (Wiwit Hermanto)