Pekan Kebudayaan Nasional, Simbol Cultural Resilience Indonesia

0
426

Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud meluncurkan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2020 dengan tema “Ruang Bersama Indonesia Bahagia” secara virtual pada Jumat (23/10). PKN akan berlangsung pada 31 Oktober – 30 November 2020 yang akan datang dan akan dilaksanakan secara virtual mengingat kondisi pandemi COVID-19.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid pada sambutannya menyampaikan, “PKN adalah pijakan dasar kita sebagai bangsa dalam menghadapi pandemi. Kami memilih istilah cultural resilience, atau ketahanan budaya,” tutur Hilmar (23/10).  

PKN 2020 akan menjadi sebuah perhelatan kebudayaan tradisi melalui daring yang terbesar di dunia. Terdapat 4791 seniman dan pekerja seni yang terlibat pada PKN 2020. PKN 2020 juga mengusung 27 tema konferensi, 93 pergelaran, dan 1477 lukisan yang dipamerkan secara virtual.

Dalam situasi sulit seperti sekarang ini, banyak kegiatan terhenti dan orang-orang merasakan dampaknya, pernah ada pertanyaan: kenapa masih melakukan festival? Bagi Hilmar, jawabannya sederhana. Justru di tengah kesulitan ini, kebudayaan harus hadir.

“Dalam pasukan perang, selalu ada orang yang membawa bendera sebagai simbol kehadiran pasukan itu. PKN ini adalah wujud pengibaran bendera itu. Kita tidak tunduk, tetap berkibar di tengah pandemi, kita memperjuangkan eksistensi dan mencari jalan sumbangsih kebudayaan terhadap situasi ini,” terang Hilmar.

Koordinator Umum PKN, Sri Hartini menyampaikan, “PKN ini memberikan ruang ekpresi seni dan budaya kepada masyarakat serta sekaligus menggerakkan ekonomi budaya di tengah pandemi COVID-19 dan mewujudkan keberpihakkan kepada seniman dan pekerja seni,” jelas Sri.

Terdapat empat program utama PKN 2020. Yang pertama adalah kompetisi, perlombaan atau pertandingan berbasis Objek Pemajuan Kebudayaan berdasarkan isu yang akan diangkat serta upaya pemajuan kebudayaan, khususnya permainan tradisional. Kedua, konferensi yang berbentuk seminar, kuliah umum, pidato, talkshow, workshop, dan/atau diskusi terpumpun tentang isu yang diangkat dan upaya pemajuan kebudayaan.

Program ketiga adalah pameran, di mana Objek Pemajuan Kebudayaan dipamerkan secara visual dan audio visual. Keempat, adalah pagelaran, yakni pertunjukan seni berbasis Objek Pemajuan Kebudayaan terkait dengan isu yang diangkat dan pertunjukan seni yang menggugah apresiasi seni dan budaya bagi generasi muda.

Pegiat seni permainan tradisional, Zaini Alif menyampaikan bahwa PKN adalah salah satu cara adaptasi kebahagiaan baru. Menurutnya, kegiatan ini memberi kesempatan untuk bisa sama-sama bermain secara virtual dengan anak-anak di seluruh nusantara. “Seperti enggrang, itu dilombakan secara virtual, ‘kan sangat menarik. Ini menjadi obat bagi anak-anak bangsa kita, berkompetisi dengan permainan nasional,” ujarnya.

Penanggungjawab Pameran Galeri Nasional, Pustanto mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan peluncuran museum virtual pada 26 Oktober mendatang. “Walaupun ada kunjungan yang bisa dilakukan secara luring, tapi kuotanya terbatas. Nah, makanya kami optimalkan pada daringnya,” kata Pustanto pada kesempatan yang sama.

Pegiat musik jalanan, Andi Malewa pada kesempatan ini menyampaikan rasa terima kasih pada Ditjen Kebudayaan yang telah melibatkan Institut Musik Jalanan dalam Kongres Kebudayaan. Ini adalah kali pertama musisi-musisi jalanan menitipkan amanah dan harapan, bahwa musisi jalanan punya ‘rumah’ tempat menginduk dan berekspresi. “Kami terharu diberikan kesempatan 12 penampil, banyak  teman-teman musisi jalanan yang belum pernah menginjakkan kaki di Jakarta. Kami juga menampilkan empat kelompok disabilitas,” jelas Andi.

Senada dengan Andi, pekerja seni Eko Supriyanto menyampaikan apresiasinya pada Kemendikbud yang terus memperjuangkan PKN. Ia meyakini PKN adalah kesempatan Indonesia untuk menunjukkan optimisme di tengah perjuangan melawan pandemi COVID-19. “Suatu kehormatan bagi kami, saya terharu,” kata Eko.

“Pada PKN 2020, kami benar-benar tidak diintervensi, dan Ditjen Kebudayaan benar-benar memerdekakan kami para seniman untuk menggagas dan menggarap tradisi dengan cara baru, apalagi dengan metode virtual seperti ini, supaya ktia bisa semakin ‘mengkini’,” tambah Eko.

Didik Hadiprayitno atau yang dikenal dengan nama panggung, Didik Ninik Thowok juga menyampaikan rasa terima kasihnya pada Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud. “Ini pengalaman yang baru, bagaimana kami diberi kesempatan diskusi bersama untuk “menjahit” pertunjukkan secara virtual,” jelas Didik.

PKN pertama kali dilaksanakan pada 7-11 Oktober 2019 di Kawasan Istora, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Pada PKN 2019 lalu, ditampilkan 10 kompetisi, 36 sesi konferensi, 125 pertunjukan, 27 pameran, dan 10 workshop budaya yang mencatat pengunjung sekitar 250 ribu orang.

Seluruh kegiatan PKN dapat diakses melalui situs resmi Pekan Kesenian Nasional 2020 di pkn.id dan media sosial PKN (Instagram: @pekankebudayaannasional, Facebook: facebook.com/pekankebudayaannasional, dan Twitter: twitter.com/pkn_indonesia).  

Sumber : kemdikbud.go.id