Monumen triangulasi berada pada titik tertinggi di Kubah Sangiran. Berdiri diatas Bukit Ngebung yang terletak di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, monumen triangulasi menyimpan potensi dan sejarah penting bagi Situs Sangiran. Dilihat dari sisi sejarah penemuan fosil dan artefak di Sangiran, monumen triangulasi merupakan penanda dimana pada tahun 1934 di Bukit Ngebung G.H.R. von Koningswold menemukan alat-alat serpih yang saat ini dikenal sebagai sangiran flake industry. Sejak saat itu Sangiran mulai diperhitungkan dalam penelitian di berbagai disiplin ilmu. Berdasarkan survei yang dilakukan, banyak ditemukan artefak-artefak baik itu alat serpih maupun tatal (bekas pangkas) yang tersebar dihutan dan area pertanian disekitar monumen triangulasi. Umumnya alat-alat serpih maupun tatal terbuat dari bahan kalsedon, kuarsa dan chert.
Selain memiliki sebaran artefak yang cukup besar, area disekitar monumen triangulasi juga ditemukan singkapan-singkapan lapisan tanah dari Formasi Pucangan (lempung hitam) maupun grenzbank. Singkapan Formasi Pucangan bisa kita jumpai di sisi tenggara monumen triangulasi dalam kondisi yang kurang jelas karena tererosi. Formasi Pucangan berupa lapisan lempung yang berwarna hitam dengan beberapa fosil-fosil moluska yang menandakan lingkungan rawa pada saat itu. Rombakan grenzbank bisa kita jumpai di beberapa aliran-aliran sungai yang mengalir di dekat Bukit Ngebung. Beberapa diantaranya di aliran anak-anak sungai yang bermuara di sungai padas yang berada di sisi utara monumen triangulasi. Dirombakan grenzbank ini seringkali ditemukan beberapa fosil yang menempel dan terfosilisasi secara baik. (Khofif)