Perjalanan panjang peneliti sejak tahun 1930-an diceritakan secara singkat di awal ruang pamer yang ada di Museum Lapangan Manyarejo. Dengan judul “Babad Tanah Sangiran” pengunjung diajak menguak masa lampau, saat para peneliti datang. Peneliti itu merupakan peneliti asing dan juga seorang Jawa yang dikatakan sebagai Raden yang tidak memiliki keraton. Perjalanan penelitian ditulis dengan rapi oleh orang-orang yang ada saat penelitian mulai dilakukan oleh para peneliti.
Para peneliti berhubungan sangat dekat dengan penduduk sekitar karena saat penelitian berlangsung, mereka tinggal cukup lama dirumah penduduk. Memori penduduk tentang perjalanan penelitian para peneliti tercatat dengan baik di otak mereka. Pertukaran budaya dan pengetahuan antara peneliti dengan penduduk berlangsung dengan baik. Transfer ilmu terus berlangsung antara peneliti dengan penduduk, pertukaran budaya antara para peneliti dan penduduk berlangsung dengan baik. Semua ini dikisahkan dalam Babad Tanah Sangiran, sebuah kisah masa lalu demi pembelajaran bagi generasi yang akan datang.
Catatan-catatan tersebut berkisah tentang berbagai cerita masa silam yang mampu menjelaskan sekelumit perjalanan penelitian di Sangiran. Perjalanan itu dimulai sejak tahun 1926 saat van Es meneliti lapisan tanah yang ada di Sangiran. Untuk meneliti lapisan tanah, van Es mengambil sampel tanah dari Bumi Sangiran. Penelitian van Es ini kemudian dilanjutkan pada tahun 1931. Hasil penelitian van Es ini menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya bahkan dapat dikatakan salah satu sebab penelitian von Koenigswald sukses dikarenakan menggunakan dasar Peta Geologi Sangiran yang merupakan hasil penelitian van Es.
Para peneliti Indonesia, pasca kemerdekaan melanjutkan penelitian di Sangiran dengan membawa sebuah impian memajukan kebudayaan. Suatu peradaban masa lampau, bagian dari kebudayaan manusia purba yang hingga kini masih menyimpan keunikan dan keistimewaan. Peradaban masa lampau yang tahun 1996 diakui dunia sebagai Warisan Budaya Dunia. Pengakuan dunia ini merupakan hasil kerja keras peneliti dari dulu hingga sekarang, hasil kerja keras yang saat ini dapat dinikmati generasi penerus yang sudah sepantasnya bangga akan budaya yang dimiliki. Sebuah perjalanan panjang dan kesemuanya terangkum dengan rapi dan informatif di Museum Lapangan Manyarejo. Bagi anda yang sangat berminat dengan sejarah masa lampau yang dapat menjadi pembelajaran masa kini dan belum mengunjunginya, maka segera luangkan waktu anda untuk berkunjung dan menyaksikan kerja keras para peneliti dan hasilnya kini. Semua ini merupakan anugerah yang Kuasa, keindahan yang diamanahkan pada bangsa Indonesia yang menjadi bagian dari sejarah kebudayaan manusia purba. (Wiwit Hermanto)
Modernitas ditengah pedesaan bagian I
Modernitas ditengah pedesaan bagian II
Modernitas ditengah pedesaan bagian III
Modernitas ditengah pedesaan bagian IV
Modernitas ditengah pedesaan bagian V
Modernitas ditengah pedesaan bagian VI
Modernitas ditengah pedesaan bagian VII
Modernitas ditengah pedesaan bagian VIII
Modernitas ditengah pedesaan bagian IX
Modernitas ditengah pedesaan bagian X