Mitos Balung Buto di Masa Lalu

0
1268
Bagian diorama pengobatan tradisional dengan balung buto (fosil)

Situs Sangiran mendapat pengakuan dunia sebagai Warisan Budaya Dunia pada tahun 1996. Pengakuan tersebut didapatkan dengan berbagai penelitian yang dilakukan di Situs Sangiran. Berbagai penelitian itu membuktikan situs ini sangat penting bagi pengetahuan, mampu memberikan penjelasan pengetahuan dan wawasan tentang evolusi manusia purba. Penjelasan tersebut terkait dengan akar peradaban, asal-usul, persebaran, dan perkembangan manusia purba.
Gambaran jelas tentang proses evolusi tersebut membuat Unesco tidak ragu memberikan pengakuan terhadap keistimewaan yang dimiliki Situs Sangiran. Keistimewaan yang mampu menarik berbagai peneliti untuk datang dan melakukan penelitian di Situs Sangiran. Peneliti yang yang memperkenalkan Situs Sangiran pada dunia adalah von Koenigswald yang menghasilkan temuan penting pada tahun 1936. Temuan penting pada tahun 1936 itu adalah fosil manusia purba yang pada akhirnya diberi nama S1-S7.
Kekayaan arkeologi tersebut dilengkapi dengan kekayaan budaya yang dipegang erat oleh masyarakat yang mendiaminya. Salah satu kekayaan budaya tersebut adalah Mitos Balung Buto yang merupakan kisah manusia purba yang hidup di Situs Sangiran menurut versi masyarakat. Mitos umumnya menceritakan terjadinya alam semesta, dunia dan para penghuninya, kekuatan alam, dan kisah para makhluk supranatural (Handini, 2015: 61).
Persepsi masyarakat terkait Mitos Balung Buto ini dipercayai sebagai benda magis dan sebagai sarana pengobatan sebelum tahun 1930, sebelum Situs Sangiran kedatangan para peneliti asing. Masyarakat sekitar Situs Sangiran dahulu menyebut fosil sebagai Balung Buto yang berarti tulang raksasa. Mereka memanfaatkan Balung Buto atau fosil sebagai benda keramat yang dimanfaatkan sebagai media pengobatan, magis dan sebagai jimat. Mitos Balung Buto itu sangat kental di kalangan masyarakat yang sudah menerima warisan turun temurun tentang kisah pertempuran para raksasa. Masyarakat menilai bahwa fosil-fosil yang berserakan di sekitar mereka itu adalah tulang-tulang raksasa yang mati pada pertempuran itu.
Cerita yang menjadi pengantar tidur anak-anak pada masa lalu. Kisah yang menceritakan perang antara kebaikan dan kejahatan. Sebuah kisah rakyat yang mengisahkan tentang kepahlawanan Raden Bandung menghadapi angkara murka Tegopati. Mitos Balung Buto ini menjadi sebuah cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui cerita pengantar tidur anak-anak dikala malam hari.
Mitos Balung Buto dipercaya dan diyakini masyarakat sebagai kisah peperangan antara Raden Bandung melawan kelompok raksasa pimpinan Tegopati. Perang besar terjadi yang akhirnya dimenangkan kebaikan yang diwujudkan dalam Raden Bandung melawan kejahatan yang diwujudkan dalam sosok Tegopati. Kekalahan Tegopati ini menyebabkan mayat raksasa bergelimpangan. Sisa-sisa mayat raksasa itulah yang disebut masyarakat sebagai Balung Buto karena tulang-tulangnya yang berukuran besar.
Masyarakat yang bermukim di Situs Sangiran saat ini sudah banyak yang tidak mengenal mitos ini karena masyarakat memahami, bahwa secara ilmiah fosil tidak bisa sebagai saran pengobatan dan fungsi sebagai benda magis tergerus karena hal itu bertentangan dengan nilai agama Islam yang banyak dianut masyarakat. Mitos Balung Buto saat ini salah satunya dimanfaatkan masyarakat sebagai inspirasi dalam bidang kesenian masyarakat. (Wiwit Hermanto)