Masyarakat Sangiran dahulu menyebut fosil sebagai “Balung Buto” yang berarti tulang raksasa. Mereka percaya bahwa Balung Buto dapat menyembuhkan penyakit seperti demam, sakit perut, penyakit gigitan hewan berbisa.
Terdapat cerita legenda yang berkaitan dengan mitos Balung Buto dan asal usul nama Sangiran.
Pada zaman dahulu ketika daerah Sangiran masih hutan lebat, hiduplah sekelompok masyarakat penuh dengan kedamaian. Suatu ketika ketentraman mereka tiba-tiba berubah menjadi kekacauan karena datangnya bala raksasa. Penduduk Sangiran ketakutan dan berlari menuju ke sebuah desa dibalik bukit untuk meminta bantuan kepada ksatria yang gagah bernama Raden Bandung.
Singkat cerita, Raden Bandung bersama pasukannya menyerbu Kerajaan Galgahombo. Pasukan raksasa banyak yang melarikan diri tersebar kemana-mana tetapi mereka dapat dikejardan sebagian besar mati terbunuh, termasuk raja raksasa Tegopati sendiri yang meninggal oleh senjata Kuku Raden Bandung. Kematian raja raksasa ini sangat mengenaskan, bangkainya dilemparkan jauh sampai jatuh terjengkang (jepapang) disuatu tempat yang dinamai dusun Bapang yang masuk dalam wilayah Desa krikilan, Kecamatan Kalijambe. Sebagian lagi pasukan raksasa meninggal karena tenggelam oleh bendungan yang dibuat oleh pasukan Raden Bandung. Oleh karena itu banyak raksasa yang meninggal, daerahnya berceceran hingga mencapai suatu tempat yang sekarang ini bernama Desa Saren (darah). Tulang-tulang sisa bangkai raksasa yang tersebar diberbagai tempat Sangiran itu akhirnya oleh penduduk dinamakan Balung Buto (tulang raksasa). (Intan Dewi Kusumawati, Anggota YGC Sangiran)