Menumpuk Cangkang Kerang di Pesisir Pantai

0
2458

Penemuan awal sisa manusia ras Australomelanesid di Indonesia berlangsung di sekitar tahun 1920-an, ketika P.V van Stein Callenfels mengawali penelitiannya pada situs bukit kerang di Aceh dan Sumatra Utara, antara Binjai Tamiang dan Langsa. Tumpukan cangkang kerang yang terdapat di pesisir pantai itu umum disebut dengan kjokkenmodinger (bahasa Denmark yang artinya, kjdkken=dapur, dan moc/c//’ng=sampah). Saat itu, sebuah populasi ras Australomelanesid yang terdiri sekitar 20-30 jiwa telah mendiami daerah itu antara 10.000 hingga 8.000 tahun yang lalu, yang mengumpulkan kerang laut sebagai makanan sehari-hari, mereka mencari di pantai sekitar mereka tinggal. Cangkang kerang sisa makanan itu mereka buang begitu saja, ditumpuk satu demi satu, dalam masa ribuan tahun, sehingga saat ini mampu menghasilkan bukit kerang sepanjang 80 kilometer, lebar 10 meter, dengan tinggi antara 2-4 meter! Mereka pun melengkapi peralatan sehari-hari dengan menciptakan pebble-tool, sebuah batu lonjong pipih yang dipangkas salah satu mukanya, yang sering disebut dengan istilah khas, kapak Sumatra, selain serpih-serpih tebal tipe Hoabinhian, ciri asal mereka dari Vietnam. Ya, bukti-bukti sisa rangka mereka di Vietnam hingga Semenanjung Malaka menunjukkan rute migrasi mereka yang dari utara itu. (Harry Widianto)

Selengkapnya silahkan klik disini