Menuju Museum Manusia Purba Sangiran yang Inklusif

0
1354

Menurut Shifa N.I.P. dan Galing Y., (2018) museum inklusi atau New Museum adalah museum yang dinamis, terbuka kepada perkembangan waktu dan kebutuhan masyarakat. Ada 5 kriteria yang merujuk kepada inklusifitas museum, yaitu:

  1. Terbuka kepada kritik dan saran dari pengunjung
  2. Melibatkan partisipasi pengunjung dan masyarakat dalam pengembangannya
  3. Bersifat multidisiplin ilmu
  4. Memiliki koleksi dan penyajian yang unik
  5. Bisa diimplementasikan dalam pendidikan publik
    Bagaimanakah dengan Museum Manusia Purba Sangiran? Apakah Museum Manusia Purba Sangiran telah menjadi museum yang terbuka, atau malah menjadi museum yang eksklusif?
    Jika dicermati dari kriteria-kriteria museum yang terbuka di atas, Museum Manusia Purba Sangiran dapat dikategorikan sebagai museum yang inklusif.
    Pengelola telah membuat mekanisme pengaduan, sarana masukan untuk kritik dan saran dari pengunjung, serta beberapa kali melakukan analisis terhadap tanggapan dari masyarakat. Namun yang paling penting adalah tindak lanjut dari masukan-masukan tersebut. Tidak semua masukan, kritik, dan saran pengunjung dapat ditindaklanjuti dengan aksi.
    Dalam pengelolaannya, baik secara teknis dan administrasi, Museum Manusia Purba Sangiran dan secara umum Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran nyata-nyata melibatkan warga masyarakat dari dalam kawasan untuk ikut dalam pelestarian. Mereka disalurkan ke berbagai bidang aktivitas pelestarian sebagai tenaga kerja administrasi di dalam kantor, konservator, dan tenaga laboratorium. Peran masyarakat juga dikembangkan dalam kegiatan pendukungan terhadap aktivitas pariwisata di sekitar museum, seperti pedagang suvenir, pemandu wisata, pengelolaan homestay, kesenian, dan destinasi wisata alternatif di luar museum. Oleh sebab itu, pada tahun lalu, Museum Manusia Purba Sangiran dinobatkan mendapat penghargaan sebagai Museum untuk Peningkatan Nilai Ekonomi bagi Masyarakat.
    Tipe Museum Manusia Purba Sangiran adalah Museum Khusus, tentang manusia purba dan rekonstruksi kehidupan pada Kala Plestosen. Kekhususan ini tidak lantas membuat Museum Sangiran menjadi ekslusif terhadap cabang-cabang ilmu selain arkeologi. Museum dan Kawasan Sangiran telah menjadi laboratoriaum alam yang banyak didatangi oleh peneliti dari berbagai disiplin ilmu dan mahasiswa-mahasiswa dari berbagai jurusan untuk belajar dan menerapkan ilmunya demi kemajuan ilmu pengetahuan terkait Sangiran. Paleoantropologi, Geologi, Geografi, Biologi, Antropologi, Kimia, Sejarah, dan lain sebagainya menjadi ilmu bantu yang menajamkan intepretasi arkeologis untuk menggambarkan aspek-aspek kehiduapan manusia pada masa lalu, sekitar 2 juta tahun lalu. Tidak hanya di Sangiran namun di situs-situs sejenis lainnya di Indonesia.
    Koleksi unik dan khusus dari Museum Manusia Purba Sangiran tidak banyak dimiliki oleh museum-museum lainnya. Koleksi baik replika maupun asli menjadi koleksi yang disajikan dan selalu menarik bagi pengunjung. Fosil-fosil fauna purba adalah koleksi asli yang disajikan di museum. Tidak hanya untuk dilihat, namun ada koleksi yang disediakan untuk bisa disentuh pengunjung. Menjadi pengalaman tersendiri bagi pengunjung untuk dapat merasakan fosil Gajah Purba Stegodon berusia 700.000 tahun yang lalu.
    Materi Sangiran menjadi materi awal bagi sejarah Indonesia. Dalam periodisasi kesejarahannya, Situs Sangiran menjadi pengisi utama masa Praaksara atau Prasejarah di Indonesia. Bukti-bukti dan penjelasannya menjadi bahan utama pelajaran Sejarah IPS di bangku-bangku sekolah. Oleh sebab itu Museum Manusia Purba Sangiran banyak dikunjungi oleh kalangan pelajar-pelajar dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang ingin mengetahui ilmu pengetahuan dan edukasi tentang Sangiran.
    Inklusifitas bersifat dinamis karena sangat tergantung oleh faktor eksternal yaitu pengguna atau masyarakat. Dan bukan tergantung dari pengelolanya, internal. Kebutuhan masyarakat, pengunjung selalu berbeda dan berubah. Sehingga, sesungguhnya kepekaan pengelola museum terhadap kebutuhan pengguna menjadi tolok ukur tingkat inklusifitas sebuah museum.
    Museum Manusia Purba Sangiran selalu berusaha mengerti kebutuhan masyarakat dan pengunjungnya untuk menuju Museum Manusia Purba Sangiran yang inklusif.
    (ISB)