Selama ratusan tahun, institusi GLAM (Galeri, Libraries/Perpustakaan, Arsip, dan Museum) menjadi pusat pengetahuan yang menyediakan koleksi besar berupa arsip, lukisan, karya seni, artefak, foto, dan lain sebagainya. Di institusi ini, banyak orang melakukan penelitian, menambah pengetahuan, dan memperoleh pengalaman sekaligus rekreasi. Institusi GLAM menjadi sebuah institusi penting dimana pelestarian dan konservasi benda-benda bernilai tinggi dilakukan.
Lebih jauh lagi, dengan paradigma institusi GLAM yang sekarang, institusi-istitusi tersebut diharapkan menyediakan akses kepada masyarakat untuk melakukan penelitian dan penyebarluasan informasi lebih lanjut. Open data budaya (koleksi) secara online merupakan solusi yang tepat untuk menarik audiens global. Data budaya bersifat terbuka membuka potensi yang lebih besar untuk memperkaya budaya milik bersama (cultural commons) dan membuka peluang untuk melakukan kerjasama dalam berbagai produk pengetahuan.
Teknologi dan inovasi digital telah membangkitkan berbagai bayangan untuk secara kreatif memperluas keterlibatan dan hubungan kita dengan warisan budaya. Ada banyak aplikasi, alat platform dan interface yang tersedia secara tidak langsung ikut melestarikan koleksi budaya dan belajar melalui teknologi tersebut.
Materi-materi tersebut di atas adalah materi workshop Menata Ulang Institusi Glam di Era Digital pada tanggal 25-26 September 2019 di Jakarta, yang diselenggarakan oleh WIKIPEDIA Indonesia, Goethe-Institut, dan didukung penuh oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (ISB)