Knowing your history, determine your future. Makna kalimat ini menunjukkan bahwa belajar sejarah penting karena dapat menentukan masa depan kita. Keberhasilan terbesar dari sebuah museum adalah ketika narasi dan koleksi yang disajikan dapat membuat publik terinspirasi atau tercerahkan. Narasi museum yang menceritakan sejarah kolonial dari sudut pandang yang beragam inilah yang coba disajikan di Museum Bronbeek Arnhem.
Bronbeek merupakan bekas istana kerajaan di Arnhem, Belanda. Tempat tersebut sekarang menjadi sebuah museum dan rumah dari para veteran atau prajurit lansia. Bronbeek dibangun pada awal abad ke-19. Pada 1845, Raja William III memperluasnya. Ia menyumbangkannya kepada negara Belanda pada 1859.
Museum Bronbeek berada di bawah Kementerian Pertahanan Belanda yang meliput sejarah kolonial mereka, terutama berfokus pada Indonesia. Menyajikan pandangan sejarah yang seimbang dan tidak berusaha untuk membenarkan atau membuat permintaan maaf untuk kolonialisme. Meskipun juga tidak mengambil langkah-langkah ekstensif untuk membingkai tindakan Belanda di koloni mereka. Museum Bronbeek memiliki kurang lebih 90.000 koleksi, yang juga berasal dari Indonesia. Koleksi seperti keris, tombak, pakaian perang yang digunakan KNIL dalam aksi di Indonesia, serta berbagai relik atau peninggalan dari Hindia Belanda dapat dijumpai di Museum Bronbeek.
Peserta short course competency enhancement for museum mengunjungi Museum Bronbeek pada hari kamis,12 Desember 2019. Di museum ini, peserta diterima oleh Komandan Bronbeek, van Druemel dan Kepala Museum, Pauljac Verhoeven.
Dalam paparannya, Pauljac menyampaikan bahwa perkembangan globalisasi menjadikan pandangan tentang sejarah kolonisasi Belanda di daerah jajahan mulai berubah. Isu-isu tentang dekolonisasi mulai banyak diperbincangkan di Eropa, termasuk Belanda. Hal inilah yang juga menjadi dasar narasi dan penyajian koleksi di beberapa ruang pamer Museum Bronbeek.
Selain berkunjung ke ruang pamer, para peserta short course juga belajar tentang penyimpanan koleksi di depot koleksi dan konservasi koleksi di bengkel kerja konservasi. Hal menarik lainnya yang dapat menjadi bahan atau rekomendasi bagi museum-museum peserta adalah bagaimana menampilkan narasi dan koleksi dengan memasukkan unsur “personal touch” atau sentuhan pribadi sehingga pengunjung yang datang dapat merasakan kedekatan dengan koleksi yang disajikan.(Mujib)