Melestarikan Tinggalan Masa Lalu di Situs Sangiran (Bagian 3)

0
462

Tiada kesuksesan tanpa kerja keras, sebuah kata mutiara yang sering kita dengarkan dan ini yang menjadi dasar Forum Remaja Sangiran (Forsa) dalam beraktifitas. Forsa merupakan kelompok anak muda yang berkeyakinan bahwa pemuda memiliki potensi yang harus terus diangkat dan untuk itu perlu wadah.
Bagi remaja Dusun Sangiran yang merupakan bagian warga yang hidup di tengah Situs Sangiran, kerja keras merupakan sebuah keseharian. Forsa digagas oleh Aris Rustioko yang merupakan salah satu pemuda dusun Sangiran, Krikilan, Kalijambe, Sragen. Sebagai seorang pemuda yang memiliki berbagai angan dan cita-cita, pada tahun 2003 menggagas berdirinya Forsa sebagai wadah anak muda menyalurkan bakatnya. “Forsa beranggotakan pemuda dari Dusun Sangiran yang terbentuk sejak tahun 2003, awalnya kami bergerak dibidang olahraga terutama sepakbola dan voli. Sejak tahun 2016 kami berupaya merambah bidang lain dan Punden Tingkir menjadi sasarannya”, ungkap Aris.
Setelah berhasil dikenal dan disegani pada bidang olahraga, pada sekitar tahun 2016 Forsa melirik bidang wisata berbasis potensi sekitar dan masyarakat lokal. Hal ini bertujuan mengangkat derajat hidup masyarakat sekitar, dengan menggarap sebuah peninggalan yang dari cerita masyarakat sekitar, terdapat sebuah bukit yang di atasnya terdapat makam/petilasan Joko Tingkir. Tempat ini dikenal dengan sebutan Punden Tingkir, lokasinya tidak jauh dari Museum Sangiran Klaster Krikilan, Museum yang mampu menarik pengunjung lebih dari 400 ribu orang tiap tahunnya. Punden Tingkir yang semula hanya jadi sebuah bukit yang tidak terurus dan tidak terjamah oleh masyarakat, disulap menjadi sebuah tempat wisata
Sadar akan potensi pengunjung di Museum Sangiran, Forsa bergerak dalam bidang wisata yang ke depan ingin melibatkan masyarakat sekitar. Kesadaran akan keberadaan Museum Sangiran yang sudah berpuluh tahun yang sudah terkenal tapi belum berdampak signifikan terhadap masyarakat Sangiran sendiri. Secara ekonomi yang diuntungkan adalah warga yang berada di lingkungan dekat museum, kegiatan ekonomi, sosial budaya tersentral di sana. Untuk mengembangkan daerah, tetapi seakan-akan belum ada wadah untuk menampung aspirasi warga. Forsa mulai hadir untuk menampung aspirasi yang kemudian bergerak untuk mengajak masyarakat membangun diri dan desanya.
“Awalnya menjadi tugas berat karena belum banyak mendapat dukungan tapi setelah orang melihat kita serius, orang melihat hasilnya dan mendukung, setidaknya tidak menentang. Semua perlu contoh”, kenang Aris.
Sebuah angan-angan dan cita-cita yang dibangun oleh Forsa dengan menjadikan Punden Tingkir sebagai tempat wisata dan religius memang berat dan hal itu tak lepas dari peran seorang pemimpin yang mampu memberi contoh pada anggotanya. Sebagai pemimpin yang menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat sekitarnya. (Wiwit Hermanto)