Pandemi Covid-19 yang sudah melanda dunia sejak akhir tahun 2019 membuat banyak pihak merasakan dampak negatif. Hal ini juga dirasakan oleh pelaku wisata dan budaya yang berada di Situs Sangiran.
Kegiatan mereka harus terhenti dengan ditutupnya akses wisata ke Museum Manusia Purba Sangiran. Melalui Fasilitasi Cagar Budaya yang mengambil tema Pengemasan Produk Wisata diharap mampu membangkitkan semangat mereka. “Fasilitasi cagar budaya tahun ini, kami mengambil tema Pengemasan Produk Wisata dengan tujuan memberikan masyarakat wawasan dalam mengemas dan mempromosikan produk yang masyarakat hasilkan”, tegas Iwan Setiawan Bimas, S.S. selaku Pamong Budaya Ahli Muda.
Dengan latar belakang tersebut BPSMP Sangiran mencoba memfasilitasi warga untuk dapat mengembalikan semangat untuk berbenah. Berupaya kembali untuk makin maju dan tidak mengandalkan pengunjung dari museum sebagai upaya meningkatkan penghasilan.
Masyarakat memiliki potensi budaya yang dapat dijadikan sebagai “jualan budaya”. Dalam kegiatan Fasilitasi Cagar Budaya, masyarakat diajak merubah pola pikirnya, mengidentifikasi potensi yang dimilikinya. Potensi yang masyarakat miliki sangat besar dan dapat dipromosikan sebagai paket wisata. “Pada kegiatan ini, kami hadirkan juga mahasiswa yang memiliki perhatian pada wisata di Sangiran dengan ide mereka yang memanfaatkan teknologi yang dapat dikembangkan dalam mempromosikan paket wisata”, jelas Iwan.
Masyarakat yang diundang dalam kegiatan ini adalah masyarakat Desa Krikilan yang merupakan desa yang memiliki sejarah panjang penelitian di Situs Sangiran. Selain itu, Desa Krikilan juga fokus pada gerakan sadar wisata berbasis komunitas.
Fasilitasi Cagar Budaya yang berlangsung selama 3 hari sejak tanggal 26-28 Agustus 2020 ini diharap menjadi awal kebangkitan masyarakat agar sadar wisata, menggugah diri, dan juga bangkit dengan semangat. Semangat membenahi diri dan bangkit dari keterpurukan akibat pandemi. (Wiwit Hermanto)