Bagi kebanyakan orang, mendengar kata “longsor” pasti yang terbayang adalah sebuah musibah. Namun hal ini berbeda dengan yang dialami Siswanto, seorang warga Manyarejo yang berada di kawasan Situs Manusia Purba Sangiran. Saat mencari rumput pada tanggal 8 Mei 2015 Siswanto melihat fosil kaki gajah purba di sebuah lereng bukit yang longsor. Fosil tersebut kemudian diamankan di rumah dan dilaporkan ke BPSMP Sangiran. Penemuan fosil di Situs Manusia Purba Sangiran memang masih sering terjadi sampai saat ini. Kebanyakan fosil di Situs Manusia Purba Sangiran ditemukan secara tidak sengaja oleh masyarakat yang tinggal di Situs Sangiran. Fosil-fosil ditemukan saat mereka bekerja sehari-hari, misalnya saat bekerja di sawah, ladang, ataupun saat mencari rumput seperti yang dialami oleh Siswanto.
Kondisi Situs Sangiran yang morfologinya berupa perbukitan bergelombang ditambah dengan tingginya intensitas air hujan pada musim penghujan menyebabkan terjadinya longsor di beberapa tempat. Longsor pada sebagian lereng bukit tersebut ternyata berpotensi menyingkap fosil yang terkandung di dalamnya. Penduduk Sangiran telah akrab dengan penemuan fosil dan prosedur pelaporannya sehingga saat tidak sengaja menemukan fosil mereka segera melapor dan menyerahkannya ke Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Kesadaran masyarakat ini pantas mendapatkan apresiasi. Fosil yang dinilai baik dan langka misalnya gading gajah purba, rahang bawah buaya, dan sebagainya akan mendapatkan kompensasi berupa uang dan piagam penghargaan yang lebih tinggi. Demikianlah, ternyata bagi penduduk situs Sangiran longsor tidak hanya berarti sebuah musibah namun dapat juga berarti sebuah berkah. (Febri Wijanarko)